Selasa, 01 April 2014

Pemimpin adalah Pelayan



Dahulu saya bingung dengan definisi 'pemimpin adalah pelayan'.
Kox rasanya paradoks sekali.

Jika seseorang hanya cocok menangani tugas pelayanan lapangan, bagaimana ia bisa cocok menjadi pemimpin? Bukankah banyak pelayan di Gereja yang tidak cocok (tidak kompeten) jadi pemimpin?
Jika seseorang mempunyai jabatan dan karakter pemimpin, bukankah ia harus memberikan instruksi dan orang-orang layak mematuhinya?
Bukankah pemimpin memiliki otoritas yang dijamin Tuhan dan harus dipatuhi anak buahnya?

Seiring berjalannya waktu, beberapa pengalaman membuat saya mulai memahami ucapan Kristus ini.

Saya pernah melayani di persekutuan kampus. 

Persekutuan tempat saya melayani tidak dinaungi organisasi manapun. Kami independen.
Suatu saat utusan dari Campus Network datang ke kampus kami.
Campus Network adalah jaringan persekutuan yang menaungi, menyatukan dan membina persekutuan kampus-kampus.

Nah, pada hari itu tanpa pemberitahuan atau undangan, tiba-tiba perwakilan Campus Network datang dan doa keliling di kampus kami. Mereka pergi dari gedung ke gedung dan doa dari lantai ke lantai. 

Sekadar catatan, di kampus kami ada 2 gedung masing-masing 13 lantai dan 9 lantai, semuanya mereka kelilingi lantai per lantai sambil berdoa. Kami kemudian datang mendampingi mereka berdoa. 
Yap, rasanya pegal kaki ini.

Kami lalu berkenalan dan mereka menceritakan visi-misi dari Campus Network.
Terus-terang sudah pernah ada network-network yang menawarkan untuk menaungi persekutuan kampus kami. Saya dengan halus menolak mereka karena kami ingin tetap independen. 


Namun begitu, saya sangat terkesan dengan gaya Campus Network ini. Mereka terlebih dahulu melayani kami dengan susah payah.
Saya tidak terlalu peduli dengan paparan visi-misi mereka, justru pikiran saya tertuju pada usaha mereka untuk melayani kami dengan berkeliling mendoakan kampus kami.

Hal itu telah menunjukkan sejauh mana hati mreka. Atas pertimbangan tersebut, kami pun mengikat kerjasama dengan mereka.

Di kampus saya itu ada banyak persekutuan yang lebih kecil. Salah satu pengurus di persekutuan kami kemudian berkata alangkah baiknya jika semua persekutuan kecil mau gabung dengan persekutuan kami untuk menjangkau jiwa-jiwa.

Berdasarkan inspirasi dari Campus Network, saya sampaikan bahwa justru kitalah yang harus terlebih dahulu datang melayani mereka tanpa ada embel-embel, kitalah yang menawarkan apa yang bisa kita lakukan kepada mereka ketimbang 'mendesak' mreka untuk gabung ke kita. Jika Tuhan berkenan, maka mereka akan kelak gabung ke kita. Jika tidak, ya sudah tidak apa, setiap organisasi punya visi tersendiri. Yang penting kita sudah secara nyata melayani mereka.

Sejak kejadian campus Network, terpikirkan di benak saya bahwa menjadi yang terutama bukan melulu menduduki jabatan pemimpin organisasi. Menjadi pemimpin tidak berarti harus menduduki jabatan pimpinan. Seorang yang secara aktif melayani dan membentuk, itulah pemimpin yang terutama.

Dalam nas di atas,
Tuhan Yesus sedang berbicara mengenai King-Maker

Silakan saja setiap organisasi tetap berdiri dengan pemimpinnya, tetapi jika ada organisasi/orang yang meluangkan waktu dan tenaga untuk membina para organisasi itu, maka dialah pemimpin yang terutama, sekalipun ia tidak berada pada jenjang struktural organisasi.

Saya teringat perumpamaan Tuhan Yesus mengenai pukat.
Pukat adalah jaring yang digunakan menjala ikan. Kerajaan Sorga itu ibarat pukat.

Gereja adalah jaring.
Jaring itu setara satu sama lain, tidak ada yang menonjol.
Gereja tidak harus menjadi satu organisasi besar dengan satu pemimpin, tetapi HARUS saling terkait satu sama lain dalam jaringan.

Yang membuat Gereja saling terkait adalah kasih, yaitu saling melayani dan saling memberkati.
Jika Gereja tetangga berkembang, bukankah mereka akan lebih mampu membina jemaatnya dan dengan demikian memenangkan lebih banyak jiwa?

Jadi untuk apa persaingan rebut jemaat? Bukankah lebih tepat datang ke Gereja tetangga untuk membantu mereka daripada menyaingi mereka?
Gereja yang aktif membantu adalah Pemimpin di mata Tuhan.  
Jika Gereja kesal karena 5 jemaatnya diambil Gereja lain, maka Gereja tersebut  mentalitasnya masih kecil.

Coba kita bayangkan,
Jika Tuhan menjamah Jakarta dan memenangkan 800.000 calon jemaat dalam 1 hari, Bisakah Gereja kita menampungnya?

Tidak.
Kita justru akan meminta calon jemaat untuk pergi ke Gereja tetangga supaya mereka dapat digembalakan.
Seperti itulah mentalitas Kerajaan Allah.

---------

Pengalaman berikutnya,
Background saya adalah di rekrutmen. Saya terbiasa interview & menyeleksi kandidat untuk direkomendasikan pada perusahaan. 
Suatu hari tiba-tiba saya menyadari bahwa organisasi gereja lebih banyak bermaterikan orang-orang bermasalah daripada orang-orang kompeten (sama seperti Daud di awal karirnya banyak didatangi orang-orang pelarian). 

Mengapa? 
Karena stok calon pekerja Gereja itu terbatas dan Gereja tidak melakukan proses seleksi yang njelimet
Gereja bukan organisasi laba dan Gereja membuka diri terhadap siapapun yang mau ikut melayani, maka kemungkinan besar di dalamnya berisi banyak orang-orang yang (maaf) kurang kompeten, kurang kuat bersaing, sekadar mencari waktu luang, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan sanksi? Gereja diikat oleh semangat kasih dan charity sehingga tidak bisa begitu saja memakai sistem reward-punishment bagi pegawainya.

Karena itu, siapapun yang dipanggil Tuhan menjadi gembala atau pemimpin harus 'terpaksa' melayani terlebih dahulu jajaran pekerjanya, meluangkan waktu dengan sabar untuk mendengar keluh kesah, memahami kelemahan, menahan ekspektasi, memberikan penguatan dan rajin mendoakan supaya para pekerjanya dapat dewasa dan dapat berbagi beban dari Tuhan. 

Pemimpin Kristen bukan pemimpin perusahaan yang dapat memerintah dengan kuasa dan mengharapkan anak buah melakukannya dengan patuh apalagi menggunakan ancaman sanksi. Pemimpin Kristen tidak bisa berharap bahwa pekerja yang datang melayani adalah mereka yang paling kompeten di bidangnya. 

Pemimpin Kristen akan berhadapan dengan anak buah yang sangat mungkin kurang ahli, less-motivated, underpaid, perlu supervisi, menyimpan beragam masalah pribadi, rentan kecewa dan yang mengharapkan gembala pengertian.
 

Tantangan bagi gembala/pemimpin gereja adalah membina orang sebelum dapat menerima kontribusi yang diharapkan. 
Pemimpin Kristen dituntut untuk dapat meletakkan dasar, membangun, menyiram, mendengar, menghibur dan menegur sekaligus membebat luka sebelum bisa berharap untuk bekerjasama.
 

Inilah yang saya pahami tentang 'melayani', sama seperti Kristus terlebih dahulu melayani para muridNya dengan pengajaran, mujizat dan pemuridan.
 

Pemuridan adalah proses menjadikan seseorang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman serupa dengan Sang Guru.
Pemuridan tidak hanya mengajar dan menasehati melainkan juga menunjukkan langsung prakteknya.


Kira-kira seberapa capekkah memberi contoh langsung?
Tentunya lebih mudah menerima seseorang yang sudah paham caranya dan tinggal menyuruh mereka melakukan dengan hasil optimal.
Ya, itu terjadi di perusahaan-perusahaan, tapi bukan di Gereja.

Tuhan Yesus tidak memuridkan Yohanes Pembaptis.
Tuhan Yesus memuridkan para nelayan yang kurang terpelajar dan pemungut cukai yang terbiasa hidup mudah.

3,5 tahun Tuhan dengan sabar memuridkan dengan mengajar, memberi peneladanan cara hidup, menunjukkan cara pelayanan dan memberikan kuasa agar para murid belajar dengan praktek langsung.
Setelah selesai proses pemuridan, barulah para murid siap memberi hasil kepada Sang Guru.
Sang Guru menuai setelah sekian lama menabur.
Pelayanan dan pemuridan dari Sang Pemimpin berhasil mencetak 12 Pemimpin besar yang berhasil memperluas Gereja ke seluruh penjuru dunia.


Siapapun yang 'terbesar' dalam Gereja, ia harus melayani dahulu orang-orang yg seharusnya melayani dia.


Siapapun yang ingin menjadi Pemimpin Kristen, ia harus siap memberi contoh dengan praktek langsung. Ia harus jalan terlebih dahulu sebelum mengharap hasil.
 

Setelah para pelayan sudah lebih kuat dalam iman, lebih dewasa dalam karakter, memahami panggilan hidupnya dan lebih kuat rohnya, barulah mereka dapat melayani pemimpin dengan cara yang benar.

Siapa yang telah melayani pemimpin dengan benar, dia kemudian akan menjadi pemimpin berikutnya.


Jadi Kristus memberi contoh dalam:

- King-Maker
- Gereja sebagai jaringan yang saling melayani dan memberkati
- Memuridkan dan membina pekerja
- Kerelaan memberikan teladan dalam praktek langsung

Mat 23:11
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.



Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...