Senin, 03 April 2017

Ketawa atau Ngetawain?



Mari kita lihat nas yang menarik ini:

Kej 18:10-15
Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya. 
Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid.
Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?"
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua?
Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki."
Lalu Sara menyangkal, katanya: "Aku tidak tertawa," sebab ia takut; tetapi TUHAN berfirman: "Tidak, memang engkau tertawa!" 

Penafsiran umum nas ini adalah Sara ragu jika Tuhan mampu membuat mujizat dari seorang yang mati-haid menjadi mengandung dan melahirkan anak.

Penafsiran itu benar.
Tuhan menjawab Sara bahwa Ia sanggup melakukan hal-hal yang mustahil.

Di sisi lain, saya ingin menawarkan sudut pandang yang sedikit berbeda.
Izinkan saya menyampaikan pandangan pribadi untuk menambah variasi penafsiran.

Kalimat ini menarik perhatian saya:

Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?"

Coba sekarang kita sejenak tidak membayangkan kalimat ini muncul di hati Ibu segala bangsa, coba kita lupakan sejenak peristiwa ini terjadi di hadapan Abraham, seorang pahlawan iman.

Coba sejenak kita andaikan ini terjadi pada orang lain, sebut saja Siti dan Tono (keduanya bukan nama sebenarnya).

Pak Lurah mendatangi Tono dan Tono menyambut hangat.
Pak Lurah kemudian mendoakan agar Tono dan Siti mendapat anak tahun depan.
Seketika itu juga Siti tertawa dan dalam hatinya berkata:

'Hah, emangnya aku masih bisa nafsu? Tono kan sudah tua, aku juga udah tua.'

Anggaplah kita tau bahwa Siti sekalipun sudah tua namun kecantikannya masih menyihir para pria di kampung itu. Seorang camat dan seorang gubenur menaruh minat pada Siti andaikan Siti masih single.

Bayangkan seorang Siti yang masih cantik jelita, yang tidak terlihat tua di mata laki-laki kemudian tertawa dan berkata dalam hati, 'Emangnya aku masih bisa nafsu sedangkan suamiku sudah tua?'

Jika ada yang bertanya, Siti sedang tertawa karena apa?
Saya mungkin akan menjawab dia sedang menertawakan suaminya.
Dengan kata lain, dia sedang meragukan suaminya dapat membangkitkan nafsunya.
Apakah Siti sedang meremehkan suaminya?
Probably.

--------

Sekarang coba kita pelan-pelan kembali pada kisah Abraham dan Sara.
Apakah Sara bukan sedang meragukan Tuhan tetapi meragukan Abraham?

Aneh juga sih reaksi Sara. 
Ia spontan mempertanyakan apakah ia masih bisa bangkit birahinya, apakah ia masih bisa menikmati hubungan seksual, dan pertanyaan ini diucapkan di hatinya dengan nada mengejek.

Apakah ada masalah hubungan suami-isteri dalam rumah tangga Abraham dan Sara?

Saya tidak bisa memastikan, saya hanya menduga-duga saja.

Apakah hubungan mereka telah menjadi dingin? Adakah Sara tidak puas?
Sesudah hidup bersama sekian puluh tahun apakah Sara merasa hambar dan sudah menyerah?

Apakah ini alasannya mengapa Sara sengaja memberi Hagar pada Abraham karena Sara sudah tidak bergairah lagi?

Sekali lagi, saya tidak bisa memastikan, saya hanya menduga.

Namun sejenak mari kita anggap memang hubungan suami-istrilah masalahnya.
Anggaplah Sara sudah tidak bergairah pada Abraham, anggaplah ia sudah menyerah karena kehambaran hubungan mereka, anggaplah ia meremehkan suaminya dalam perkara hubungan intim.

Apa yang Tuhan lakukan?
Tuhan sengaja datang kepada Abraham ketika Sara bersamanya.
Tuhan bicara pada Abraham begitu rupa agar Sara dapat mendengarnya.

Selama ini Tuhan bicara pribadi pada Abraham, tidak ada orang lain yang mendengarnya, Sara tidak hadir saat Tuhan berjanji pada Abraham.
Kali ini Tuhan make sure suami-isteri itu sama-sama hadir.

Tuhan meneguhkan janjiNya pada Abraham di hadapan isterinya.
Ini adalah tindakan Tuhan agar Sara mendapat kepastian bahwa Abraham telah Ia pilih.

Saat Sara tertawa, apa yang Tuhan lakukan?
Adakah Tuhan menegur langsung Sara?

Tidak.
Tuhan bicara kepada Abraham lagi.

Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua?

Kita bisa melihat bahwa seluruh kisah ini adalah tindakan Tuhan untuk mengangkat otoritas Abraham, untuk mengangkat nama Abraham di hadapan isterinya.

Orang yang kamu ragukan dan tertawakan itulah yang Aku akui dan Aku ajak bicara.

Spontan Sara menjadi takut.
Takut kepada Tuhan dan takut juga kepada suaminya.
Ia menyangkal telah tertawa namun saya yakin sejak saat itu ia tidak akan berani lagi menertawai suaminya.

Kita tau kisah selanjutnya, janji Tuhan digenapi dan Sara melahirkan Ishak.
Ishak artinya 'dia tertawa'.

-------

Apakah pelajaran yang bisa kita lihat dari kejadian tersebut?


Kegairahan akan janji

Sara sudah tidak lagi bergairah menanti penggenapan janji Tuhan atas dirinya. Ia telah 'mempertanyakan' dan kehilangan semangat. Salah satu tandanya ia mendorong orang lain untuk menggenapi janji yang harusnya miliknya.

Bila kita mendapat janji dari Tuhan dan sekian waktu telah berlalu, adakah gairah kita hilang?
Ketika kita mendengar lagi janji itu apakah kita ngetawain dalam hati dan berkata: 'Sudah tidak bergairah'.

Janji itu tidak lagi bernyala-nyala dalam hati kita.

Elia berdoa sampai 7 kali agar hujan turun, kesungguhan Elia pada doa ketujuh tidak kalah hebat dari doa pertama. Jika harus 70 kali berdoa, saya yakin Elia tetap bersungguh hati.

Janda miskin tidak menurun semangatnya untuk terus-menerus merongrong hakim yang lalim agar berlaku adil terhadap kasusnya. 
Pintu akan dibukakan bagi sahabat yang pantang menyerah mengetuk pintu pada malam-buta untuk meminta roti.

Namun begitu, saya pribadi memahami dan mengalami bahwa pudarnya kegairahan menanti janji Tuhan adalah alamiah bagi manusia manapun.
Tuhan menyindir Sara melalui Abraham tapi Tuhan tidak memarahi dia.
Tuhan justru memulihkan Sara, bukan membatalkan janjiNya.

Saat kita mulai kekurangan gairah menanti penggenapan janji, marilah kita bicara apa adanya kepada Tuhan.
Jangan takut.
Ialah yang meneguhkan kita. Ia tau kondisi hati kita.


Tuhan datang langsung memulihkan

Kisah ini menunjukkan kasih karunia yang luar biasa dari Tuhan kepada manusia.

Tuhan datang langsung kepada Abraham dan Sara.

Anda tau apa tandanya bahwa Anda benar-benar mendengar janji Tuhan?
Salah satu tandanya adalah Tuhan berurusan secara pribadi dengan kamu sebelum janjiNya terwujud.

Dengan kata lain, akan terjadi perubahan paradigma, perubahan pola pikir, perubahan hati sebelum janjiNya terwujud, bukan sesudah janjiNya terwujud.

Mewujudkan janji itu mudah bagi Tuhan, tapi memulihkan, memperbaiki dan mengarahkan hati orang itulah pekerjaan utama Tuhan.

Apa yang membuat Tuhan sampai datang langsung kepada Abraham saat Sara ada di sana?
Karena Ia peduli pada Sara, Ia mengasihi Sara.
Ia ingin agar mereka dapat mendapat pleasure sambil menggenapi janji Tuhan.

Sara bertanya soal birahi? Nah Tuhan bangkitkan itu pada dia agar mereka menantikan janji Tuhan dalam kesenangan. 

Bikin orang hamil itu mudah bagi Tuhan, tapi Ia ingin orang menikmati prosesnya dan bertumbuh dari proses tersebut.

Belakangan sesudah Ishak lahir, Sara benar-benar tertawa, bukan tawa sinis tapi tawa bahagia.

Kej 21:6-7
Berkatalah Sara: "Allah telah membuat aku tertawa; setiap orang yang mendengarnya akan tertawa karena aku."
Lagi katanya: "Siapakah tadinya yang dapat mengatakan kepada Abraham: Sara menyusui anak? Namun aku telah melahirkan seorang anak laki-laki baginya pada masa tuanya."


Tuhan berinisiatif

Kadang orang bisa merasa berbeban berat sendirian saat ia menanti janji Tuhan.
Ia mungkin merasa seolah pewujudan janji Tuhan bergantung sepenuhnya pada dirinya sendiri: pada apa yang ia lakukan atau tidak lakukan, pada kesetiaan dan ketekunannya sendiri.

Kisah Abraham dan Sara tidak menunjukkan demikian.

Penggenapan janji Tuhan tidak gagal karena Sara ragu.
Tuhan tidak tarik janjiNya, Tuhan bahkan tidak mencari pengganti.
Tuhan tidak pilih Hagar dan tidak pilih Ismael.

Saat Sara ragu dan menyerah, Tuhan inisiatif datang memulihkan dia.

Salah satu hal yang membuat orang berbeban berat menanti janji Tuhan karena ia merasa segala sesuatu tergantung di pundaknya sendiri.

Yang menggenapi dan mewujudkan janji Tuhan adalah Tuhan, bukan manusia.

Rasa gagal, tertuduh, terdakwa bisa membayangi seseorang hingga ia tidak menikmati hidup.

Yoh 10:10
Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Jika Anda merasa diberi janji oleh Tuhan, jangan berbeban berat sendirian, jangan merasa janji itu bergantung hanya kepada Anda. Berjalanlah bersama Tuhan.
Ketika Anda mulai kurang gairah, Ia akan mendatangi Anda.
Ketika Anda mulai kehilangan fokus, Ia akan mengingatkan Anda.

Saya pernah mengalaminya, ketika saya mulai ragu akan visi yang Tuhan berikan, justru Ialah yang mengingatkan saya dengan satu dan lain cara.

Sebenarnya nih, jika Tuhan berjanji dan tidak terjadi, itu tanggung jawabnya di Tuhan lho, bukan manusianya, hanya kadang kita takut kualat berpikir demikian.
 

Kesehatian dan penghormatan

Karena ini kisah suami-isteri, maka kita melihat di sini bahwa janji Tuhan digenapi dalam kesehatian.
Kesehatian tersebut dibarengi dengan penghormatan kedua belah pihak.

Sesudah kejadian tersebut, rasa hormat Sara semakin besar pada Abraham.
Abraham pun saat itu pasti tersadar bahwa isterinya bermasalah dengan janji Tuhan.

Saya yakin sejak saat itu setiap kali mereka berhubungan, mereka teringat peristiwa ini.
Mereka lakukan dengan passion. Sara kemudian benar-benar mendapat pleasure.

Tuhan memperbaiki cara pandang Sara kepada Abraham.

Ya, Tuhan bisa saja tidak usah pusing dengan cara pandang Sara kepada Abraham.
Bukankah Sara tetap wajib taat?
So bisa saja Ishak lahir tanpa perlu perubahan paradigma Sara.

Begitu juga pertanyaan Tuhan membukakan sesuatu yang tidak diduga sebelumnya oleh Abraham. Mungkin Abraham berpikir Sara baik-baik saja, nurut-nurut saja, oke-oke saja padahal dalam hatinya tidak.

Pertanyaan Tuhan kepada Abraham mengingatkan dia atas tanggung jawabnya kepada isteri, termasuk tanggung jawab terhadap apa yang ada di hati isterinya terhadap dia. 


Sekali lagi, Tuhan mau mereka menikmati prosesnya, bukan hanya dapat hasilnya.


Tuhan Yesus memberkati.



Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...