Kamis, 03 April 2014

Doa Elia



Kita mungkin pernah mendengar kalimat ini:
'Doa orang benar, jika dengan yakin didoakan, maka pasti dikabulkan'.

Tentu saja pernyataan di atas mengalami 'distorsi kecil' dari ayat aslinya, yaitu:

Yak 5:16
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

'Sangat besar kuasanya' kerap kali dimodifikasi (didistorsi) menjadi 'pasti dikabulkan'.

Bukan bermaksud mengecilkan hati atau meredupkan iman, tapi 'besar kuasanya' berbicara mengenai 'proses'.
'Proses' itu sifatnya dinamis-interaktif terhadap unsur-unsur lainnya dan akan menentukan hasil akhir.
Intinya, 'besar kuasanya' hanya salah satu faktor di dalam 'proses' yang menentukan 'hasil akhir'.

Dengan kata lain,
Jika kamu orang benar dan jika kamu berdoa dengan yakin, maka kuasanya besar, tetapi masih ada unsur-unsur lainnya yang akan berperan pada hasil akhir.

Saat berbicara tentang ayat tersebut, Yakobus meneruskan dengan memberikan contoh Elia.

Yak 5:17-18
Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.
Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya.

Terkadang saat bercerita tentang doa Elia ini, maka orang-orang terfokus dan terkagum pada kalimat:
'Elia adalah manusia biasa sama seperti kita dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa...'

Maka kita share kepada teman-teman bahwa:
'Sekalipun kamu manusia biasa, tapi jika kamu sungguh-sungguh berdoa, maka doamu akan dikabulkan, sama seperti Elia.'

Kalimat di atas mengandung distorsi.  
Kita mungkin saja telah melewatkan keseluruhan konteks dari kisah Elia yang fantastis ini.

-----

Sebelum kita lanjut, saya ingin menyampaikan bahwa Tuhan memperlakukan orang per orang dengan cara
yang berbeda-beda tergantung taraf pertumbuhan rohani dan panggilan seseorang.

Seorang bayi rohani akan diperlakukan beda dengan teruna rohani dan akan beda pula dengan dewasa rohani maupun bapak rohani.

Apa
yang saya sampaikan ini perlu dibaca dalam konteks bahwa Tuhan memperlakukan setiap orang secara khas.

-----
Mari coba kita bahas konteks kisah Elia.

Elia adalah nabi yang hidup pada jaman raja-raja.
Pada jaman pemerintahan Raja Ahab yang menyembah berhala, datanglah Nabi Elia kepadanya.

1 Raj 17:1
Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan."

Elia mendengar instruksi dari Allah Israel, lalu menyatakan kepada Ahab mengenai masa kekeringan dan terjadilah masa kekeringan sesuai nubuat Ayub.

Setelah 3,5 tahun masa kekeringan berlangsung, terjadilah peristiwa ini:

1 Raj 18:1
Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi."

Menurut saya ayat di atas ini sangatlah penting.

TUHAN berinisiatif memberikan hujan dan Ia menyuruh Elia berangkat untuk mewujudkannya.

Kita tau cerita selanjutnya,
Elia datang ke gunung Karmel, menjalani pertarungan rohani melawan nabi-nabi Baal, Elia menang lalu menghabisi nabi-nabi Baal dan setelah itu Elia naik ke puncak gunung.

Di puncak gunung, Elia berdoa hingga 7 kali sampai terlihat tanda kecil di langit.

Sesudah itu Elia berhenti berdoa dan hujan pun turunlah dengan derasnya.

-----

Yang dapat kita tarik dari doa Elia adalah :

1. Elia berdoa didasarkan pada firman Tuhan yang dinamis, bukan sekadar pengharapan.


Rm 10:17
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus


Iman Elia adalah iman yang didasarkan atas perintah Allah yang aktual, bukan sekadar harapan manusiawi.


Elia tidak berdoa karena ia mengharapkan hujan turun. Elia berdoa ia karena sudah terlebih dahulu tau bahwa Tuhan menetapkan turunnya hujan.

 
Banyak orang (termasuk saya) telah berusaha merumuskan doa,
mencoba merumuskan kehendak Tuhan dan mencoba merumuskan jalan pikiran Tuhan.

Manusia suka membuat rumus, suka menemukan metode, suka menentukan prediksi di balik ketidakpastian. Tidak heran, kita pun mengira doa itu ada rumus bakunya: Jika saya gunakan rumus A, maka doa pasti terjawab; jika rumusnya B, maka doa tidak akan terjawab.
 
Alkitab adalah sumber yang valid untuk belajar tentang Tuhan.
Maka itu kita menggali ayat-ayat Alkitab (graphe), berusaha memahami pikiran Tuhan (logos) agar dapat 'menebak' kehendak Tuhan. 

Sayangnya, Alkitab yg sama menuliskan:

Yes 55:8-9
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.


Manusia sangat sulit (lebih tepatnya mustahil) memprediksi, menebak maupun menentukan pikiran Tuhan.
 

Segala rumusan yang manusia buat mengenai doa tidak dapat menggambarkan sepenuhnya kehendak Tuhan secara pasti.

Pada akhirnya doa kita kebanyakan berupa 'pengharapan', karena kita tidak terlebih dahulu mengetahui apa sesungguhnya kehendak Tuhan.

Alkitab sangat banyak menceritakan kisah para pahlawan iman yang bergerak, bertindak dan berhasil karena mereka mengetahui apa yang Tuhan kehendaki secara spesifik.
Intinya, mereka baru bergerak setelah mendengar Firman Allah.

Di masa kinipun kita dituntut untuk mendengarkan perkataan Roh atau dipimpin Roh.

Gal 5:25
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh


Why 2:29
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-
jemaat

Perintah di atas diucapkan pada ke-7 Jemaat dan merupakan perintah yang sangat penting (karena diulangi hingga 7 kali).

Pada masa kini kita coba-coba memodifikasi perintah di atas menjadi: 

Pahamilah Alkitab, lalu klaimlah janji Tuhan tertulis mana saja yang kamu kehendaki maka kamu akan menerima
atau 
Landaskanlah apa saja keinginanmu dengan mengklaim firman Tuhan tertulis yang mana saja

Mentalitas di atas itu adalah distorsi terhadap firman Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.
 
Siapapun yang mempelajari dan mengajarkan tentang doa Elia harus memperhatikan bahwa doa Elia didasarkan atas pendengaran Elia akan kehendak Tuhan dan doa tersebut diwujudkan oleh urapan yang bekerja sesuai kehendak Tuhan itu.

Elia sungguh-sungguh berdoa,
Yang Elia doakan adalah sungguh-sungguh kehendak Tuhan.

Elia sungguh-sungguh meyakini kepastian jawabannya karena itu memang sungguh-sungguh kehendak Tuhan,
Maka besarlah kuasa dari doa itu.

Besarlah urapan yang dilepaskan dari doa itu.




2. Elia berdoa dengan tekun.

1 Raj 18:43
Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: "Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut." Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak ada apa-apa." Kata Elia: "Pergilah sekali lagi." Demikianlah sampai tujuh kali.


Ternyata, walau turunnya hujan adalah kehendak Tuhan namun Elia tetap harus mendoakannya hingga tujuh kali.
Mengapa tidak 1 kali saja berdoa dan dikabulkan? Jika itu adalah kehendak Tuhan, mengapa sampai 7 kali?

Salah satu misteri doa adalah mana doa yang hanya didoakan 1 kali lalu diimani saja dan mana doa yang harus didoakan bertekun-tekun.
 


Saya pernah membaca sebuah buku yang sangat menarik, saya lupa judulnya tetapi buku itu berbicara tentang doa dan ditulis oleh Dutch Sheets. Dutch Sheets mencoba menjelaskan mengapa ada doa yang cukup sekali saja didoakan dan ada doa yang harus didoakan dengan tekun. Saya akan coba menjelaskan dengan kata-kata saya sendiri.

Untuk segala pekerjaan Tuhan, dibutuhkan urapan.
Tanpa urapan, maka tidak akan ada pekerjaan Tuhan yang dapat diselesaikan sesuai kehendak Tuhan.

Seseorang bisa saja melayani sebagai gembala tanpa urapan, maka ia melayani dengan kekuatan dagingnya sendiri.
Ketika seseorang melayani tanpa urapan, pelayanannya tidak akan berbuah sebagaimana kehendak Tuhan baginya.

Urapan itu diberikan oleh Roh Kudus (Roh-lah yang mengurapi) dan Urapan datang didahului oleh Firman.

Pada saat penciptaan, Roh Kudus telah mengerami bumi, namun tidak ada satupun yang tercipta sebelum Allah mulai ber-firman.
Allah telah mempunyai rancangan (pemikiran) tetapi pemikiran itu belum terwujud jika firman belum diucapkan. Ketika firman diucapkan, maka urapan bekerja mewujudkan apa yang menjadi pikiran Allah.

Itulah dinamika antara firman tertulis (logos) dan perkataan Tuhan (sebut saja rhema) dan urapan (kuasa Roh).

Kita membaca firman Tuhan di Alkitab yang merupakan isi pemikiran Tuhan (logos), tetapi janji-janji itu baru akan aktif ketika
firman Tuhan yang dinamis datang kepada kita (rhema) dan janji-janji itu akan diwujudkan oleh urapan yang mengikuti rhema itu. 

Ketika firman datang maka urapan mengikuti.

Pernahkah mengalami saat kita mendapatkan rhema (firman Tuhan) lalu hati kita bersemangat dan berkobar-kobar? Yang membuat kita bersemangat adalah urapan yang mengikuti rhema tersebut.

-----

Tuhan mempunyai rencana/rancangan/strategi untuk segala sesuatu.
Untuk segala pekerjaan Tuhan, dibutuhkan urapan.
Urapan dapat ditakar/dibagi-bagi.

Untuk segala sesuatu pekerjaan Tuhan, ada takaran urapan untuk mewujudkannya dan takaran itu hanya Tuhan yang tau.

Untuk pekerjaan A, takaran urapannya A;
 
Untuk pekerjaan B, takaran urapannya B;
Untuk pekerjaan C, takaran urapannya C.

Ketika seorang yang anaknya kerasukan setan dihadapkan pada para murid, mereka gagal mengusir setannya.
Saat Tuhan Yesus mengusirkannya, maka Ia berkata:

 
Mrk 9:28-29
Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?"
Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."


Kitab Matius menuliskannya dengan lebih lengkap:

Mat 17:21
Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.


Bagaimanakah penjelasan dari kasus ini?

Pengusiran roh jahat membutuhkan pengurapan, yaitu urapan pelepasan. Para rasul sudah diberikan kuasa (urapan) untuk mengusir roh jahat, tetapi mereka tidak mampu mengusir roh jahat yang menyebabkan bisu pada anak itu karena urapan mereka tidak cukup.
Untuk memenuhi takaran urapannya, maka mereka harus berpuasa.
Artinya, mereka harus berdoa terus-menerus (melalui puasa) untuk memperoleh urapan yang lebih besar, barulah roh jahat itu dapat terusir.
Itulah makna yang terkandung di ayat tersebut.

Semua pekerjaan Tuhan ada takaran urapannya.
Kesembuhan ada takaran urapannya, mempertobatkan ada takaran urapannya, mengajar ada takaran urapannya.

Tuhan mengatur waktu penghakiman juga dengan ukuran takaran, yaitu takaran dosa.


Kej 15:16
Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.

1 Tes 2:16
karena mereka mau menghalang-halangi kami memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka. Demikianlah mereka terus-menerus menambah dosa mereka sampai genap jumlahnya dan sekarang murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya.


Penghakiman akan turun ketika takaran dosa sudah genap, yaitu mencapai batas yang ditentukan Tuhan.
Hanya Tuhan yang tau kapan takaran itu tergenapi. Selagi menunggu kegenapan takaran, maka Tuhan akan terus-menerus mengintervensi agar terjadi pertobatan.

Demikian pula agar apa yang kita doakan terwujud, ada takaran urapannya dan hanya Tuhan yang tau takarannya.

Kita kembali pada kisah Elia.
Mengapa Elia berdoa hingga 7 kali?
Karena pada doanya yang pertama hingga keenam, takaran urapan yang keluar dari doanya belumlah cukup
untuk mewujudkan pekerjaan Tuhan (turunnya hujan).
Dalam doanya yang ketujuh barulah takaran urapannya terpenuhi
dan urapan itu mengerjakan datangnya hujan. 
Elia melihat tanda bahwa doanya sudah selesai lalu ia berhenti berdoa.

Untuk menurunkan hujan itu, dibutuhkan takaran urapan tertentu dan Elia terus berdoa hingga takaran urapannya terpenuhi.


Itulah doa ketekunan, yaitu doa yang dinaikkan terus-menerus hingga takaran urapannya terpenuhi.
Bisa saja dalam 1 kali doa saja takaran urapan telah tercukupi, atau mungkin saja 1 tahun berdoa baru tercukupi, atau mungkin sesudah 13 tahun berdoa barulah tercukupi.

Jadi, ketekunan dalam doa diperlukan untuk memenuhi takaran urapan.
Setiap kali kita berdoa, maka urapan bertambah-tambah.
Semakin banyak yang berdoa, maka urapan semakin besar.

Berapakah takaran urapan
untuk membuat revival di Indonesia?
Hanya Tuhan yang tau.

Takaran urapan adalah misteri Tuhan
. Hanya Tuhan yang tau.
 
Rm 8:26
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.

 
Datanglah kepada Roh Kudus dan bertanyalah kepadaNya, bukan semakin kencang mengklaim firman tertulis (comot ayat manapun yang cocok dengan keinginan lalu diperkatakan setiap saat).



Pribadi Roh Kudus-lah yang membantu kita berdoa.
Firman tertulis adalah dasar, rambu dan batasan
untuk kita mengetahui pikiran, rencana dan kehendak Tuhan,
Tetapi Roh Kuduslah yang menerangi kita
untuk mengambil jalan yang tepat.
Roh Kudus yang akan memimpin jalur mana yang terbaik untuk kita ambil.

-----

Seseorang pernah bertanya:


Yang tercinta mengalami kecelakaan tangannya putus hancur lebur, apakah yang kita doakan? Apakah:

A. Kuasa Doa supranatural: degan keyakinan penuh bahwa tangan akan tumbuh instantly secara normal seperti tidak pernah samasekali mengalami kecelakaan dan kemudian diminta didalam doa, atau
B. Kuasa Doa dalam hal rohani: memohon agar si penderita ditabahkan


Maka saya menanggapi dia:

Yang harus didoakan adalah apa JAWABAN Tuhan mengenai kondisi itu. Tanyakanlah itu, maka Tuhan akan memberitahukan. Jika sudah diberitahukan, maka doakanlah itu dengan keyakinan.

-----

Manusia punya pengharapan, maka doakanlah jawaban Tuhan atas pengharapan itu.
Ketika Tuhan menjawab, maka kita beroleh iman.
Setelah iman itu timbul, doakanlah/kerjakanlah iman itu, maka urapan akan mengalir,
Bertekunlah hingga urapannya terpenuhi,
Saat urapan sudah mencukupi, kita akan melihat tanda atau kita akan 'merasakan' dalam roh bahwa doa kita sudah selesai dan kita tinggal menunggu perwujudannya.


Jadi,
Saya tidak punya rumusan untuk memastikan jawaban doa. 

Yang saya tawarkan adalah bertanyalah kepada Tuhan untuk mendapatkan jawaban.

Tuhan itu dinamis.
Metode doa keliling hanya terjadi 1 kali
untuk memerangi 1 kota, ular tembaga hanya terjadi 1 kali untuk sakit-penyakit, menyelam di sungai yordan hanya terjadi 1 kali untuk menahirkan 1 orang.

Lalu mengapa kita cenderung menggunakan metode yang sama berulang-ulang?
Apakah Tuhan monoton ataukah kita gagal menangkap sesuatu hal?



3. Elia berkeyakinan kuat pada setiap doanya.

Ada hal menarik dari doa Elia, yang dahulu disampaikan kepada saya oleh seorang hamba Tuhan. Saya lupa nama hamba Tuhan itu, tetapi ia pernah menyampaikannya dalam suatu pertemuan doa.


1 Raj 18:43
Setelah itu ia berkata kepada bujangnya: "Naiklah ke atas, lihatlah ke arah laut." Bujang itu naik ke atas, ia melihat dan berkata: "Tidak ada apa-apa." Kata Elia: "Pergilah sekali lagi." Demikianlah sampai tujuh kali.


7 kali Elia meminta bujangnya melihat ke langit.
Apakah ini artinya?

Elia punya keyakinan dalam setiap doanya dan ia segera mencari tanda penggenapan doa setiap kali ia berdoa.

Ilustrasi mudahnya seperti ini:

Setiap kali kita mendoakan untuk hujan Roh Kudus atas Indonesia, adakah kita saat itu juga pergi menengok ke luar dengan pengharapan bahwa hujan Roh itu sudah turun? Ataukah kita ucapkan 'amin' lalu kita segera 'lupa' dengan apa yang kita doakan?

Saya tersentak ketika pengajaran ini disampaikan kepada saya.
Ya, saya doakan Indonesia dilawat oleh Tuhan, tetapi saya tidak seyakin itu. Saya berpendapat di dalam hati bahwa lawatan Tuhan pasti akan terjadi, tapi tidak sekarang. Ya mungkin nanti, mungkin 2 tahun lagi, mungkin 15 tahun lagi atau mungkin seiring armageddon.

Yang pasti, saya tidak langsung menengok ke jendela Gereja untuk melihat apakah sekarang sudah terjadi. Itulah yang justru Elia lakukan.

Saat doa pertama, ia begitu yakin doanya sudah dijawab, maka ia suruh bujangnya melihat apakah hujan sudah turun.
Saat doa kedua, ia pun tetap yakin sudah dijawab, maka ia suruh bujangnya melihat apakah hujan sudah turun.
Doa ketiga, keempat hingga ketujuh pun demikian.
 

Keyakinan dan pengharapan Elia tidak pudar sedikitpun walau ia berdoa sampai kali yang ketujuh. Doanya tidak menjadi ritus seremonial belaka.
Abraham juga mengalami hal ini.

 
Rm 4:18-21
Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.


Abraham telah memperoleh firman Tuhan bahwa ia akan mempunyai anak dari Sara.
Saya membayangkan setiap saat Abraham berhubungan dengan Sara, maka ia mengingat janji itu. Bulan demi bulan berlalu, entah sudah berapa kali Abraham berhubungan dengan Sara dan tidak terjadi apa-apa. Mungkin setiap kali sesudah berhubungan Abraham lalu bertanya kepada Sara: 'Apakah jadi?'

Namun begitu iman Abraham tidak melemah melainkan menjadi semakin kuat. Ia tidak menjadi 'pasrah' lalu mendekati Sara dengan pemikiran dikasih ya iya, ngga dikasih juga jangan terlalu berharap.
Untunglah Abraham tidak punya sikap tersebut.

Seberapakah yakinkah kita setiap kali kita berdoa?
Ataukah doa kita menjadi kata-kata kosong dan lebih terlihat sebagai pertunjukan (show) doa. Kita tampak berdoa dengan dahsyat padahal menyangkali kuasanya?

Hal menarik yang saya temukan adalah adanya kemungkinan bahwa pelemahan keyakinan terjadi jika yang kita doakan itu merupakan harapan, bukan iman.

Alkitab mencatat sebuah kisah menarik:

 
Kis 12:5
Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.


Jemaat tekun berdoa
untuk Petrus,
Kita tau bahwa Petrus dilepaskan dari penjara oleh malaikat dan sesudah bebas maka datanglah Petrus ke pertemuan jemaat.


Kis 12:12-16
Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.
Dan ketika ia mengetuk pintu gerbang, datanglah seorang hamba perempuan bernama Rode untuk mengetahui siapa yang mengetuk itu.
Ia terus mengenal suara Petrus, tetapi karena girangnya ia tidak membuka pintu gerbang itu dan segera masuk ke dalam untuk memberitahukan, bahwa Petrus ada di depan pintu gerbang.
Kata mereka kepada perempuan itu: "Engkau mengigau." Akan tetapi ia tetap mengatakan, bahwa benar-benar demikian. Kata mereka: "Itu malaikatnya."
Tetapi Petrus terus-menerus mengetuk dan ketika mereka membuka pintu dan melihat dia, mereka tercengang-cengang.


Yang lucu dari kisah ini adalah, jemaat berdoa untuk Petrus namun ketika Petrus datang, mereka malah tidak percaya, mereka tercengang-cengang dan membantah orang yang mengenali Petrus.

Apakah para jemaat itu benar-benar yakin dengan doanya itu?
Tentunya tidak.

Jemaat berdoa agar Petrus dibebaskan tetapi justru terkejut saat doanya dijawab.

Rupanya mereka dalam hatinya tidak benar-benar yakin dengan apa yang mereka doakan.

Kita tau bahwa Petrus lepas dari penjara karena Tuhan Yesus terlebih dahulu telah berjanji kepada Petrus:


Yoh 21:18
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.


Petrus tidur dengan tenang-tenang di dalam penjara karena Tuhan telah berjanji bahwa Petrus akan hidup sampai tua.

Saya membayangkan saja, jika saya doakan seseorang
untuk bertobat, akankah saya terkejut atau tercengang ketika orang yang saya doakan pada saat itu juga mendatangi saya untuk bertobat?

Jika saya terkejut, mungkin memang saya pada dasarnya tidak seyakin itu bahwa doa saya akan dikabulkan seketika itu juga.
 

Elia berkeyakinan penuh dalam setiap doanya bahwa doanya terjawab saat itu juga.
 
-----

Kesimpulan

Kita sudah melihat doa Elia, yaitu:
1. Elia tau kehendak Tuhan
2. Elia tekun berdoa
3. Elia yakin dalam setiap doanya.

Konteks itulah yang melandasi pernyataan:


Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.


Dan

Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa.

Kita telah diingatkan mengenai pimpinan Roh Kudus, yaitu untuk mencari kehendak Tuhan dan dibutuhkannya ketekunan dalam doa agar takaran urapan dapat terpenuhi.

Tuhan Yesus memberkati.


1 komentar:

sand mengatakan...

Bagus bgt sharingnya
sangat memberkati terimakasih

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...