Jumat, 22 Januari 2016

Persepuluhan


Tema perpuluhan selama ini telah mendatangkan banyak kontroversi di kalangan Gereja-Gereja.

Izinkan saya ingin menyampaikan apa yang saya pahami mengenai perpuluhan ini dengan tetap mencoba bersikap proporsional.

---------

Latar Belakang

Saya berjemaat di Gereja beraliran karismatik.

Gereja saya menerapkan perpuluhan dan saya pribadi tidak memiliki masalah untuk memberikan sepersepuluh dari penghasilan saya bagi pembangunan Gereja.

Saya tidak memiliki trust-issue kepada Gereja.
Saya memiliki pemikiran bahwa apa yg sudah diberikan bukan lagi menjadi hak saya dan saya juga yakin Gereja di dalam tuntunan Roh Kudus akan menyalurkan perpuluhan dengan tepat. Apabila ada penyelewengan terhadap perpuluhan, saya juga sangat yakin bahwa Allah mengetahui dan akan bertindak atas itu.

Latar belakang ini saya sampaikan agar pembaca mengetahui bahwa saya sama sekali tidak memiliki persoalan apapun terhadap praktek memberikan sepersepuluh penghasilan kepada Gereja untuk disalurkan sesuai kebutuhan.

Di sisi lain, 
Saya seorang yang sangat concern terhadap penafsiran dari doktrin Alkitab.
Saya diajar bahwa seorang harus berusaha sungguh-sungguh mengajar dengan konsisten dan konsistensi itu didasarkan atas penafsiran yang berimbang atas ayat-ayat Alkitab.

Suatu praktek tidak dapat didasarkan atas penafsiran yang keliru dari Alkitab sekalipun praktek tersebut pada hakikatnya tidak ada salahnya dan tidak ada kerugiannya.

Misalnya,
Seorang Kristen boleh saja mewajibkan dirinya disunat dan memakan hanya makanan halal.
Sebuah Gereja juga boleh saja mengharuskan jemaatnya disunat dan menghindari makanan haram.

Namun jika kewajiban tersebut didasarkan atas penafsiran bahwa sunat dan makanan halal mendatangkan keselamatan dan pembenaran, maka itu sudah keliru.

Latar belakang tersebut adalah alasan saya menulis mengenai perpuluhan ini.
Semoga pembaca mendapatkan berkat dari Tuhan Yesus Kristus kita yang mulia.

-------

Bagian I. Perpuluhan dalam Perjanjian Lama

Di dalam Kitab Perjanjian Lama, kita temukan ada 2 jenis perpuluhan.

1. Perpuluhan Abraham kepada Melkisedek

Melkisedek disebut sebagai gambaran Imam Allah Yang Mahatinggi jauh sebelum Taurat diberikan dan jauh sebelum ada jabatan formal Imam Besar yang ditetapkan Taurat.

Melkisedek datang menyongsong Abraham dan memberikan berkat kepada Abraham.
Atas itu maka Abraham dalam ucapan syukur atas berkat ini memberikan sepersepuluh dari kemenangannya kepada Melkisedek

Di sini Melkisedek bertindak mewakili Tuhan dan Abraham bertindak mewakili umatnya (termasuk kita).

Melkisedek tidak meminta perpuluhan dan tidak menjadikan perpuluhan sabagai syarat pemberian berkat.
Melkisedek menggambarkan Anak Allah yang berinisiatif memberikan nyawaNya kepada umatNya tanpa terlebih dahulu meminta syarat apapun.

Di sisi lain, Abraham tanpa paksaan dan tanpa tekanan kemudian memberikan sepersepuluh dari kemenangannya. Ia tak harus memberikannya tetapi ia berikan juga.

Penulis Kitab Ibrani mengatakan kepada kita bahwa tindakan Abraham memberikan perpuluhan kepada Melkisedek telah dilakukan atas nama semua umatnya.


Ibr 7:9-10
Maka dapatlah dikatakan, bahwa dengan perantaraan Abraham dipungut juga persepuluhan dari Lewi, yang berhak menerima persepuluhan,
sebab ia masih berada dalam tubuh bapa leluhurnya, ketika Melkisedek menyongsong bapa leluhurnya itu.
Dengan pemberian satu kali saja perpuluhan oleh Abraham kepada Melkisedek, maka otomatis semua keturunan Abraham telah memberikan perpuluhan kepada Melkisedek.
Begitu pula semua keturunan Abraham telah memperoleh berkat dari Melkisedek.

Gereja mengalami penerapan kedua hal tersebut melalui iman.
Secara iman, Gereja dan saya telah mendapatkan berkat Melkisedek,
Secara iman pula Gereja dan saya telah memberikan perpuluhan kepada Melkisedek.


2. Perpuluhan Taurat

Lama sesudah era Abraham, maka Israel memasuki masa Perjanjian Lama dengan Allah melalui Hukum Taurat.

Hukum Taurat terdiri dari 613 ketetapan yang mutlak wajib dilaksanakan dan merupakan satu kesatuan utuh.

Tidak bisa seseorang 'memilih' hanya melaksanakan 610 hukum tetapi mengabaikan 3 hukum lainnya. Jika seseorang bersalah terhadap 1 hukum, maka ia bersalah pada seluruh Taurat.

Hukum Taurat itu bisa saja dilihat seperti KUH-Pidana.
Jika seseorang melanggar 1 pasal pidana, maka ia akan dihukum tanpa memandang sisa pasal-pasal yang ia laksanakan dengan benar.

Yak 2:10-11
Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.

Prinsip Taurat sudah jelas, yaitu:
1. Seluruh Hukum adalah satu kesatuan
2. Seluruh Hukum menjadi standar pembenaran, siapa melakukan semuanya maka ia dibenarkan, siapa melanggar maka ia kena hukuman
3. Seluruh Hukum adalah perjanjian (covenant) antara Allah dan Israel (Hukum Taurat adalah Perjanjian Lama - Old Covenant)

----------

Di dalam Taurat itu diatur mengenai perpuluhan dengan jelas.

Singkatnya, ada 3 macam perpuluhan besar di dalam Taurat.

1. Perpuluhan untuk kaum Lewi dan para Imam

Bil 18:20-21 
Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan.

Israel diwajibkan menyisihkan 10% dari penghasilannya untuk kaum Lewi.
Kaum Lewi tidak mendapatkan tanah warisan secara khusus dan mereka dikhususkan untuk mengerjakan pelayanan pekerjaan Tuhan.

Sementara itu untuk para Imam, maka kaum Lewi menyisihkan 1% dari perpuluhan yang mereka terima untuk diberikan pada para Imam.


Bil 18:26 
"Lagi haruslah engkau berbicara kepada orang Lewi dan berkata kepada mereka: Apabila kamu menerima dari pihak orang Israel persembahan persepuluhan yang Kuberikan kepadamu dari pihak mereka sebagai milik pusakamu, maka haruslah kamu mempersembahkan sebagian dari padanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN, yakni persembahan persepuluhanmu dari persembahan persepuluhan itu."

2. Perpuluhan untuk hari-hari raya

Di luar perpuluhan untuk kaum Lewi dan para Imam, maka umat Israel dipungut lagi 10% dari penghasilannya untuk kebutuhan hari-hari raya.

Ul 14:22-26
Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun.
Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu.
Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk menegakkan nama-Nya di sana terlalu jauh dari tempatmu,
maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu,
dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.

Pada hari-hari raya, Israel diwajibkan berkumpul di Yerusalem, yaitu di Bait Suci.
Pada saat mereka berkumpul itu, maka mereka membawa serta segala macam persembahan, termasuk perpuluhan.

Perpuluhan itu kemudian dinikmati bersama dan beramai-ramai agar mereka bersukaria di hadapan Tuhan atas berkat yang Ia berikan.

Jadi jenis perpuluhan ini dari rakyat untuk kepentingan rakyat juga.

3. Perpuluhan tiga tahunan

Ul 14:29
Pada akhir tiga tahun engkau harus mengeluarkan segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu dalam tahun itu dan menaruhnya di dalam kotamu;
maka orang Lewi, karena ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau, dan orang asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu, akan datang makan dan menjadi kenyang, supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau di dalam segala usaha yang dikerjakan tanganmu."

Ini adalah jenis perpuluhan yang spesial,
Setiap tiga tahun sekali, Israel memberikan perpuluhan ke rumah perbendaharaan di kota-kota mereka. 
Perpuluhan ini menjadi bahan makanan bagi orang asing, kaum Lewi, janda-janda dan anak yatim.

Sungguh Tuhan kita memikirkan segala sesuatunya dengan sangat baik!

Intinya,
Jika kita hitung dengan kasar, maka setiap tahunnya Israel dipungut perpuluhan sebesar kira-kira 23,33% dari seluruh penghasilannya.

Adalah sebuah kesalahan berpikir (atau pengabaian berpikir) bahwa perpuluhan itu HANYA 10% saja.
Adalah miskonsepsi jika mengatakan bahwa 'hak milik Tuhan' (berdasarkan Taurat) itu HANYALAH 10% saja.

Di dalam Taurat, setidak-tidaknya hak milik Tuhan yang tidak boleh diganggu-gugat adalah 23,33% dalam bentuk perpuluhan, belum lagi nanti terhitung persembahan khusus, dan sebagainya.


Demikianlah sudah kita bahas bahwa perpuluhan dalam Masa Perjanjian Lama itu ada 2 macam, yaitu perpuluhan Abraham pada Melkisedek (yang kita semua sudah lakukan melalui Abraham) dan perpuluhan Taurat (sebesar sekitar 23,33% dari seluruh penghasilan).

--------


Bagian II. Apakah Perpuluhan Masih Berlaku Di Zaman Perjanjian Baru?

Inilah yang menjadi kontroversi pada Gereja-Gereja.

Kontroversi muncul karena Gereja pada umumnya mengakui bahwa seluruh Hukum Taurat tidak lagi berlaku di zaman Perjanjian Baru.
Jika demikian, apakah dasarnya Gereja memberlakukan perpuluhan?


1. Taurat vs Perjanjian Baru

Saya pikir perlu disampaikan mengapa Gereja pada umumnya sepakat bahwa Hukum Taurat tidak berlaku lagi di zaman Perjanjian Baru.

Efesus 2:15
sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera


Rasanya akan sangat panjang jika kita membahas mengenai Hukum Taurat vs Kasih Karunia, maka izinkan saya memberikan ikhtisarnya saja.

Hukum Taurat adalah perjanjian Allah dengan Israel yang didasarkan atas ketaatan.
Hukum ini mengandung prinsip moral, hukum dan seremonial.

Hukum ini diberikan dengan 3 tujuan:
1. Memberikan gambaran/bayangan akan karya penebusan Kristus
2. Menjaga agar manusia hidup dalam tatanan hukum dan moral yang baik (sekaligus membuat manusia sadar bahwa mereka berdosa dan membutuhkan penebusan). Ukuran 'baik' dalam hukum Taurat bersifat lahiriah
3. Membuat perbedaan antara umat Israel terhadap bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah

Dengan kedatangan Kristus, maka hukum ini otomatis menjadi usang.
Bayang-bayang digantikan oleh Pribadi yang sesungguhnya.

Kol 2:17
semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus


Ibr 10:1
Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.


Hukum Taurat tidak mampu menyempurnakan manusia daging menjadi manusia roh.
Kristus-lah yang mampu.

Hukum Taurat yang bersifat lahiriah tidak mampu mentransformasi hati/roh seseorang.
Hanya Roh Kudus yang mampu.
Roh Kudus masuk dalam hati seseorang melalui iman pada Yesus Kristus, bukan melalui hukum Taurat.

Maka itu datangnya Kristus membuat hukum Taurat menjadi usang.
Hukum Taurat hanya mengawal saja. Segera sesudah Kristus datang, maka manusia harus keluar dari Taurat untuk mengikut Kristus.

Kematian Kristus di kayu salib mewakili kematian dari para pihak pembuat janji.
Jika ada sebuah janji yang termeterai, maka janji itu mengikat untuk seterusnya kecuali bila salah satu/kedua belah pihak meninggal dunia.

Maka wafatnya Kristus telah membatalkan perjanjian Taurat.


2. Relevansi Perpuluhan Zaman Perjanjian Lama pada Perjanjian Baru

Kita sudah lihat bahwa perpuluhan zaman Perjanjian Lama itu ada 2 jenis.
Jadi apakah keduanya masih dapat diterapkan pada zaman Perjanjian Baru?

A. Perpuluhan Abraham pada Melkisedek

Kita sudah baca bahwa kita melalui Abraham telah memberikan perpuluhan kepada Melkisedek dan kita melalui Abraham telah diberkati atas nama Allah yang Maha Tinggi.

Maka perpuluhan jenis ini sudah kita lakukan dan tidak perlu kita lakukan terus-menerus.

Penerapan perpuluhan di zaman Perjanjian Baru tidak dapat menggunakan gambaran Abraham dan Melkisedek.


B. Perpuluhan Taurat

Kita sudah lihat bahwa Taurat telah dibatalkan.
Taurat tidak dapat dijadikan lagi standar pembenaran maupun penghakiman.

Maka ketentuan perpuluhan Taurat tidak dapat lagi dijadikan landasan untuk penerapan perpuluhan di zaman Perjanjian Baru.

Siapa yang tidak memberikan perpuluhan tidak dapat lagi dikategorikan 'mencuri milik Allah',
Siapa yang tidak memberikan perpuluhan tidak dapat lagi diancam dengan 4 jenis belalang,

Intinya, berkat Allah tidak lagi bergantung pada pemberian perpuluhan,
Kutuk pun tidak lagi bergantung pada pemberian perpuluhan.

-------


Bagian III. Alarm Tanda Bahaya


Melawan Firman Tuhan

Saya menyadari dan mendengar sendiri beberapa pengkotbah mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama untuk melegalkan perpuluhan.

Misalnya ketika mereka mengutip:

Mal 3:10
Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.


Dari ayat ini saja kita sudah dapat melihat bahwa yang dimaksudkan adalah perpuluhan hari raya dan perpuluhan tiga tahunan yang wajib dibawa ke Yerusalem maupun Rumah Perbendaharaan.

Kedua perpuluhan ini ditujukan untuk dinikmati semua orang dalam sukacita, termasuk bagi kaum Lewi, orang asing, anak yatim dan para janda.

Namun begitu, pada prakteknya para pengkotbah itu berpikir bahwa perpuluhan yang dimaksud adalah perpuluhan bagi pembangunan Gereja dan upah para pengerja Gereja.

Di sini sudah ada penyimpangan terhadap nas Alkitab.
Inilah yang saya sangat tidak setujui.

Begitu juga ketika pengkotbah menafsirkan bahwa perpuluhan itu hanya 10% saja, bukankah sebenarnya perpuluhan itu 23,33%?

Lalu darimanakah dasarnya pengkotbah itu mengurangi kadar perpuluhan dari 23,33% menjadi hanya 10%?
Apakah dasarnya pengkotbah itu memilih hanya satu bagian saja dari tiga bagian perpuluhan?

Alkitab harus ditafsirkan secara berimbang dan kontekstual.
Pengajaran yang keluar dari hal tersebut mengandung bahaya.


Apabila terjadi kesembronoan penafsiran, maka kita bisa saja secara frontal malah melawan dan melanggar firman Tuhan.
Bukankah kita akan dimintakan pertanggung-jawaban atas hal ini?


Pembebanan Kuk Perhambaan dan Roh Ketakutan

Hal lainnya semisal ketika pengkotbah mendeklarasikan di mimbar bahwa yang tidak mengembalikan perpuluhan adalah tindakan mencuri milik Tuhan.
Bukankah pencuri harus dihukum dan hidup dalam kutuk?

Bukankah tragis jika jemaat dihukum ketika Tuhan tidak lagi mengukur tindak pencurian berdasarkan perpuluhan?

Adakah Gereja membebani jemaat dan mengaktifkan hukuman yang tidak Tuhan bebankan?
Gereja seharusnya memerdekakan, bukan memberikan kuk perhambaan.

Paulus berkata bahwa siapa yang memberlakukan Taurat sebenarnya memberikan suatu kuk perhambaan yang tidak berasal dari Kristus.

Kuk perhambaan itu dibebankan oleh roh ketakutan.

Cara mengujinya adalah demikian:
Mintalah seseorang yang rutin memberi perpuluhan untuk berhenti memberi perpuluhan, lalu tanyakan apa yang ia rasakan.
Apabila ia bisa jujur, tanyakan:
- Apakah ia merasa tidak nyaman/tidak enak/takut akan kena masalah keuangan?
- Jika ia kena masalah keuangan, adakah ia pertama-tama berasumsi ini adalah masalah perpuluhan?

Jika ya, maka ia memberikan perpuluhan terutama karena ketakutan, yaitu takut kena kutuk, takut kena 4 jenis belalang, takut tidak dikenan Tuhan, takut dihukum Tuhan.

Roh Kudus tidak pernah memberikan roh ketakutan!
Manusialah yang mengundangnya akibat klaim-klaim yang salah.

Ketakutan dapat mengarah pada rasa bersalah, rasa bersalah dapat mengarah pada intimidasi, indimidasi mengarah pada penghukuman diri sendiri.


Membatasi Milik Tuhan

Baru saja hari Minggu kemarin di ibadah raya saya mendengar seorang pengkotbah yang tulus hatinya berkata:

'Milik Tuhan adalah 10%, sedangkan sisanya 90% adalah milik kita yang dapat kita pergunakan...'

Kalimat di atas adalah konsepsi umum mengenai perpuluhan.
Jika ada orang yang mengajarkan bahwa milik Tuhan adalah 10% maka konsekuensinya (logikanya) yang 90% adalah milik pribadi, atau dengan kata lain bukan milik Tuhan.

Apakah Perjanjian Baru mengajarkan semangat demikian?
Sama sekali tidak.


Di zaman Perjanjian Baru ini kita diajar bahwa seluruh milik kita adalah milik Tuhan.

Itulah bedanya antara manusia daging dan manusia roh.

Manusia daging butuh ukuran lahiriah mana yang milik Tuhan dan mana yang miliknya sendiri yang dapat ia gunakan sebebas hati.
Manusia roh tidak dapat diukur secara lahiriah. 

Manusia roh bergerak sesuai kehendak Roh Kudus. Jika Roh Kudus ingin kita memberi 20% maka kita beri, jika Roh ingin kita memberi 50% maka kita beri, jika Roh ingin kita tidak memberi maka kita tidak beri.

Itulah bergerak dalam pimpinan Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah.

Rm 8:14
Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah


Konsep perpuluhan ala Taurat diciptakan untuk manusia daging, sangat tidak cocok untuk manusia rohani dan tidak akan mampu menyempurnakan manusia yang ambil bagian di dalamnya.

Pemberlakukan pola pikir perpuluhan Taurat justru membatasi Roh Kudus, mendegradasi kepemilikan total Allah atas harta kita dan mempersulit pertumbuhan rohani seseorang khususnya dalam hal keuangan.

Seseorang yang berpikir bahwa 'milik Allah itu 10%' akan sulit menerima panggilan hati untuk memberi 20% karena mereka merasa bahwa sisa 90% adalah miliknya.

Perpuluhan menjadi praktek yang tidak laris di masa para rasul, mengapa?
Karena pada masa itu jemaat dengan sukarela menjual segala miliknya dan meletakkan di kaki para rasul. Para rasul lalu membagi-bagikannya kepada jemaat yang membutuhkan.


Jemaat memberikan lebih dari 10%, perpuluhan justru menjadi gagasan yang tidak relevan.


Pembenaran Diri

Terkait pernyataan di atas, sulitnya seseorang memberi lebih dari 10% adalah akibat kita sudah merasa nyaman dan tenang karena telah mengembalikan sejumlah 10%

Rasa nyaman dan tenang ini timbul dari pembenaran diri sendiri.

Sudah disampaikan bahwa milik Tuhan adalah 100% sesuai keinginanNya,
Maka pembenaran diri ini bukan timbul dari Roh Kudus melainkan dari dirinya sendiri.

Apabila seseorang rajin memberikan perpuluhan dan hidup dalam pembenaran diri sendiri, ia bisa saja menjadi seorang yang mudah menghakimi dan mendakwa orang lain yang tidak serajin dia dalam memberikan perpuluhan.

Segala masalah dapat ia diagnosa penyebabnya pada perpuluhan.

Seseorang bisa saja memegahkan dirinya atas dasar yang tidak Tuhan megahkan sehingga ia terjebak pada rasa aman yang semu, superioritas rohani yang semu dan pemberian solusi yang semu.

---------


Bagian IV. Menerapkan Perpuluhan di Era Perjanjian Baru

Kita tiba pada pertanyaan penting:
Bisakah Gereja menerapkan perpuluhan di zaman Perjanjian Baru?

Jawaban saya mutlak:
BISA dan HARUS.

Namun penerapan perpuluhan ini tidak boleh didasarkan atas perpuluhan Taurat, jangan menyisipkan mentalitas Taurat dan jangan mengutip ayat-ayat perpuluhan Taurat.

Bahwa saya tidak setuju dengan semangat di balik pengajaran perpuluhan yang beredar selama ini bukan berarti saya setuju bahwa jemaat tidak perlu memberikan apapun kepada Gereja.


Bayangan dari Kebenaran

Taurat adalah bayangan dari kondisi ideal yang Tuhan inginkan.
Korban penebus salah adalah bayangan dari Kristus.
Maka perpuluhan Taurat pun merupakan suatu bayangan dari kehendak Allah yang sesungguhnya.

Allah memberikan gambaran/bayangan yang sangat indah mengenai perpuluhan, yaitu:

1. Di dalam harta kita, ada MILIK TUHAN di dalamnya


Perpuluhan model Taurat memberikan kita gambaran bahwa di dalam harta dan penghasilan kita ada unsur milik Tuhan dan apa yang jadi milik Tuhan itu WAJIB diutamakan.
Dalam model Taurat, milik Tuhan itu bisa saja mencapai 30% dari total penghasilan dengan menjumlahkan berbagai macam jenis persembahan.

Tuhan Yesus membicarakan hal ini dalam perumpamaan bendahara yang tidak jujur.

Luk 16:12
Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?

Jadi kita ini bendahara. Harta yang kita terima itu mengandung harta orang lain yang wajib dikelola dengan setia. Jika kita setia, maka selanjutnya kita diberikan harta kita sendiri.

Kalau kamu terima penghasilan, bertanya-tanyalah yang bukan milikmu sendiri itu berapa.
Dari 100% income, itu di dalamnya ada milik Tuhan. 

Di zaman Perjanjian Baru ini berapa sih milik Tuhan? Berapa sih yang wajib diberikan?
Dahulu Tuhan mematok angka eksak. Di masa kini, Tuhan tidak mematok angka eksak.
Tuhan tidak pakai persen-persen.

Manusia Perjanjian Baru telah dimerdekakan dari ikatan Taurat agar dia dapat memberi lebih banyak dari tuntutan Taurat dengan dinamis berdasarkan persekutuan pribadi dia dengan Tuhan. Kamu dimerdekakan oleh Anak supaya menjadi hamba Sang Anak.

Idealnya nih (ini idealnya lho ya), ketika menerima income, pertama-tama bertanya dahulu, 'Tuhan, ini yang mau kusalurkan berapa dan kemana saja?'.

Sisanya barulah kamu bebas gunakan sesuai keperluan atau keinginan dengan hikmat.

Rm 12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati

Mrk 12:30
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu 

  
Jikalau ada Gereja yang 'menetapkan' jemaat untuk memberi sebatas 10% dari penghasilan, itu sama sekali bukan memberatkan, melainkan meringankan. Jumlah tersebut tidak ideal dan tidak sesuai semangat Perjanjian Baru, namun mungkin Tuhan punya rencana tersendiri.

2. Kehidupan para pengerja dan imam Tuhan disokong oleh Jemaat

Gambaran perpuluhan Taurat menunjukkan pada kita bahwa merupakan kehendak, isi hati dan kesukaan Tuhan bahwa Jemaat secara suka rela dan sadar menyisihkan penghasilannya untuk menyokong penghidupan mereka yang bekerja di ladang Tuhan.

Bedanya, kini kita tidak lagi dibatasi hanya oleh 10%, kini jemaat bebas mengalokasikan sesuai kehendak Roh Kudus.

Gereja sebelum era gelombang perpuluhan ada yang kurang memperhatikan penghidupan para pekerja dan imam. Ini pun kurang baik.

3. Penghidupan Jemaat secara keseluruhan disokong oleh Seluruh Jemaat

Dunia mengenal konsep sosialisme, yang dalam wujud positifnya ingin menyediakan keadilan rezeki pada seluruh masyarakatnya.

Gambaran perpuluhan Taurat menunjukkan pada kita bahwa Tuhan menginginkan saling kepedulian dan kebersamaan pada umatNya.

Bayangkan jika setiap hari Minggu Jemaat membawa oleh-oleh, makanan, minuman, bingkisan untuk dinikmati dalam sukacita bersama-sama.
Bukankah itu terealisasi pada masa awal Gereja di bawah pimpinan para rasul?

Hari Raya di Yerusalem digantikan oleh pertemuan Jemaat.
Gereja dipenuhi oleh bahan makanan yang dapat memuaskan orang asing, anak yatim dan janda-janda tanpa jemaat dibatasi oleh jumlah 10%.

4.  Penghidupan anak yatim, janda dan orang asing disokong oleh Jemaat

Dari sini kita mengetahui bahwa Tuhan menghendaki dan menyenangi bahwa Jemaat secara khusus dan Gereja secara kesatuan membuat jalur-jalur penjaminan penghidupan bagi para imam, bagi jemaat itu sendiri dan bagi mereka yang membutuhkan sekalipun di luar jemaat melalui penghasilan Jemaat.

Dan Tuhan menghendaki dan menyenangi bahwa ini semua dikerjakan tanpa ada pembatasan dan ancaman hukuman.


Dasar yang Seimbang

Jika kita sudah sepakat bahwa perpuluhan dapat diterapkan di zaman Perjanjian Baru, lalu apa yang jadi dasarnya?

Saya menyarankan alih-alih mengatasnamakan perpuluhan 'milik Tuhan' maka diubah istilahnya menjadi 'sumbangan wajib 10% berdasarkan instruksi Gembala'.

Menurut saya istilah tersebut lebih fair.
Gembala berhak menetapkan aturan internal yang mengikat jemaatnya.

Tidak ada salahnya apapun bagi Gereja untuk memberlakukan pungutan, begitu juga tidak ada beban tambahan bagi Jemaat apabila belum mampu memberikannya karena istilah tersebut menghindarkan/meminimalisir aspek takut-hukuman/kutuk-dari-Tuhan.

Jika jemaat tidak mampu memberi, maka justru jemaat itulah yang harus diberi, bukan malah dituntut.

Jika jemaat tidak mau memberi, maka jemaat itu belum cukup kuat imannya dan butuh penggembalaan, bukan malah diancam.

Apakah Gembala takut jika istilahnya diganti maka dana yang masuk akan berkurang?
Jika ya maka motivasi Gembala itu perlu diperiksa ulang.

---------

Di sisi lain,
Jika seorang Gembala yakin bahwa Tuhan memerintahkan jemaatnya untuk wajib memberi sejumlah tertentu, maka Gembala itu boleh saja menyebutnya perpuluhan wajib dari Tuhan yang hanya berlaku bagi Gerejanya saja.

Ini juga fair sepanjang Gembala itu yakin sekali bahwa Tuhan memerintahkannya, namun dalam penyampaiannya Gembala itu tidak mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama.
Kita tahu jika Tuhan memerintahkan (dan Ia berhak melakukannya) maka ada berkat tersedia di sana.


Akhir kata

Saya tidak menentang praktek perpuluhan, tetapi ingin agar pelaksanaannya/penerapannya dilakukan tidak bertentangan dengan prinsip interpretasi Alkitab dan semangat Perjanjian Baru.

Pada saat saya sedang memikirkan mengenai perpuluhan ini, timbul dalam hati saya suatu pertanyaan:


'Tuhan, jika dasar ayat untuk perpuluhan ini lemah, mengapa Engkau mengizinkan gerakan perpuluhan ini berkembang, mengapa Engkau izinkan pengajaran seperti ini meluas, mengapa juga Engkau berkati mereka yang memberikan perpuluhan sehingga pengajaran ini semakin menguat?'

Maka suatu suara menjawab saya dan saya yakin itu Tuhan. Hikmat yang saya dengar adalah seperti ini:

Gerakan perpuluhan adalah dari Tuhan.
Walaupun dimulai dengan dasar pengajaran yang tidak tepat, namun tujuan dari gerakan ini adalah memaksa Jemaat untuk memberi agar terbiasa.
Sudah sekian lama Jemaat menutup mata untuk memberikan miliknya bagi Gereja sehingga Gereja berkekurangan.
Sebagaimana Jemaat yang masih daging, maka Tuhan mengizinkan penggunaan bahasa daging untuk sementara waktu, yaitu bahasa-bahasa transaksional, bahasa-bahasa memberi maka kamu diberkati melimpah-limpah.
Namun seiring waktu, Tuhan akan memperbaiki pengajaran dan motivasi orang.
Kelak pengajaran perpuluhan akan dirombak sehingga jemaat tidak lagi membatasi dirinya dengan jumlah tertentu. Jemaat terbiasa memberi sehingga mereka tidak ragu memberi lebih. Pada saat itu Gereja dapat kembali pada cetak biru awal pada masa para rasul bahkan lebih lagi memberikan kelimpahan di masa kesukaran.

Tuhan Yesus memberkati.




Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...