Kamis, 03 April 2014

Dikuduskanlah Nama-Mu



Mat 6:9-13
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)


Itulah doa Bapa Kami.

Ada hal yang menarik dari doa Bapa Kami,
Yaitu:

'Dikuduskanlah NamaMu'
Mengapa di sana dituliskan 'dikuduskanlah'?
Bukankah Allah memang sudah kudus?
Bagaimanakah caranya manusia 'menguduskan' Allah?

Yes 6:3
Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"

 

Kata 'kudus' (kadosh) memiliki arti:
* Sacred
* Holy
* Set Apart

 

Mat 6:9
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,

 

Kata 'dikuduskan' (hagiazo) memiliki arti:
* To render or acknowledge, or to be venerable or hallow
* To separate from profane things and dedicate to God
* Consecrate things to God
* Dedicate people to God
* To purify
* To cleanse externally
* To purify by expiation: free from the guilt of sin
* To purify internally by renewing of the soul

 

Dari semua definisi di atas,
Marilah kita bahas definisi 'to set apart' dan 'to separate' yang artinya adalah 'memisahkan'.

 

Jika diterjemahkan dalam bentuk itu, maka nas tersebut akan berbunyi:

'Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dipisahkanlah nama-Mu'

Apa maksud dari 'dipisahkanlah namaMu?'
Apanya dari Allah yang harus dipisahkan?
Dan mengapa namaNya harus dipisahkan?

 

-----
 

Mari kita liat ayat ini:
 
Rm 1:23, 25
Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.
Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.
 

Ternyata kemuliaan dan kebenaran Allah bisa tergantikan (terdistorsi) oleh hal-hal yang sifatnya fana.
 

Mari kita liat 2 aspek yang bisa mendistorsi kemuliaan dan kebenaran Allah (mungkin ada lebih dari 2 aspek, tapi pada kesempatan ini kita bahas 2 aspek itu saja).

-----

Bagian I
Aspek Pertama
 

Kel 20:18-21
Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.
Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati."
Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa."
Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.

 

Di sini terlihat 2 tanggapan yang berbeda dalam menyikapi penampakan Allah di gunung Sinai.
Rakyat Israel berdiri menjauh, takut dan gentar,
Sedangkan Musa beranjak mendekati embun yang kelam.

 

Mengapa Israel menjauh sementara Musa mendekat?
Israel sudah melihat kuasa Allah yang menurunkan tulah atas Mesir.
Israel sudah melihat mujizat Allah yang membelah Laut Teberau.
Israel sudah melihat penyertaan Allah lewat tiang api dan tiang awan.
Israel sudah melihat kasih Allah dengan diluputkannya tanah Gosyen dari tulah.

Tapi mengapa Israel tetap menjauh dan takut kepada Allah?

 

Untuk menggali hal ini,
Kita perlu melihat latar belakang Israel dan Musa.

Ada perbedaan yang signifikan antara Israel dengan Musa.

Musa pernah tinggal di istana Firaun, sedangkan Israel diperbudak Mesir.

Musa dan Israel memiliki gambaran berbeda terhadap Firaun.

 
Firaun bagi Musa adalah seperti kakeknya sendiri.
Ia pernah makan sehidangan dengan Firaun, diperlakukan secara ramah dan penyayang.
Musa memandang Firaun muka dengan muka dan bebas berbicara kepadanya.
Musa tidak asing dengan kegemilangan istana dan kemegahan kerajaan.
Ia tidak asing dengan keagungan dan tidak jeri melihat prajurit-prajurit terlatih.
Ia dipelihara di istana yang didandani bahan-bahan terbaik karena ia adalah bagian dari kerajaan Mesir.
 

Di sisi lain,
Firaun bagi Israel adalah penguasa otoriter, penuntut, penindas dan penghukum.
Israel melihat Firaun sebagai penguasa yang tidak adil kepada mereka, sewenang-wenang dan merancang kejahatan untuk melenyapkan mereka.
Israel selalu curiga dan takut terhadap Firaun karena Firaun tidak ragu membunuh apabila kehendaknya tidak dipenuhi.
Israel benci pada Firaun karena takut, mereka takut dihukum dan dibinasakan.
 

Lalu apa hubunganny antara perbedaan persepsi ini terhadap gambaran akan Tuhan?
 

Dalam surat Roma,
Paulus mengatakan bahwa pandangan terhadap kemuliaan dan kebenaran Tuhan bisa terdistorsi oleh gambaran yang sifatnya fana.

 

Pada kasus Musa dan Israel,
Gambaran Tuhan terpengaruh oleh gambaran mereka terhadap PENGUASA (dalam hal ini Firaun).

Di psikologi hal ini dapat disebut 'projection'.

-----
 

Musa, karena ia tidak memiliki masalah dengan Firaun, tidak mengalami banyak distorsi dalam pandangannya terhadap Tuhan.
Musa memang pernah ingin dibunuh oleh Firaun dan Musa melarikan diri dari Mesir, tetapi Musa mengerti alasannya secara logis, yaitu karena ia membunuh orang Mesir.
Di luar masalah kriminalitas itu, Musa tidak memiliki masalah dengan Firaun.
 

Di benak Musa, Firaun tergambar juga sebagai keluarga, pemelihara dan pelindung.
Pengalamannya dengan Firaun membantu Musa mengembangkan gambaran yang positif terhadap Allah (YHWH).
 

Musa mempersepsikan YHWH sebagai Penguasa yang adil, pemelihara dan pelindung.
YHVH adalah Penguasa yang dapat diajak bicara.
Ketika ia melihat perlindungan, pemeliharaan dan kuasa dari Allah, maka Musa langsung percaya.
Musa beberapa kali berani mengajukan permohonan syafaat kepada Allah,

Musa bahkan berani meminta untuk dapat melihat WAJAH ALLAH.
Ia tidak gentar dengan kilat, api dan awan kelam yang menyelimuti Allah.
 

Sebagaimana dahulu ia tidak gentar dengan keagungan Firaun, demikianlah ia tidak ketakutan kepada Tuhan.

Israel mengalami distorsi yang parah akan gambaran Allah
Ketidak-percayaan, ketakutan dan p
rasangka Israel terhadap Firaun (secara tidak sadar) mereka proyeksikan terhadap YHWH.

Sikap prasangka dan ketakutan itu ada di dalam benak mereka.

Dalam kondisi positif, sikap ini terkubur. Mereka memuji Tuhan.
Dalam kondisi sulit, sikap ini menyeruak keluar dan mereka bersungut-sungut

Simak perkataan mereka :
 
Kel. 16:3
dan berkata kepada mereka: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."

Kel. 20:19
Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati."

Bil. 17:12-13
Tetapi orang Israel berkata kepada Musa: "Sesungguhnya kami akan mati, kami akan binasa, kami semuanya akan binasa.
Siapapun juga yang mendekat ke Kemah Suci TUHAN, niscayalah ia akan mati. Haruskah kami habis binasa?"

 

Mengapakah orang Israel berkali-kali menyebut kata 'mati', 'mati' dan 'mati'?
 

Mereka memang protesnya kepada Musa dan Harun, tapi dapat kita lihat bahwa krisis kepercayaan Israel sesungguhnya ditujukan terhadap TUHAN.
Sangat sulit bagi Israel untuk mengerti bahwa Allah mengasihi dan hendak menyelamatkan mereka saat berada dalam situasi yang tidak sesuai harapan.
Di benak mereka berdiam kepahitan dan ketidak-percayaan pada figur otoritas.

 

Gambaran Allah di benak mereka telah terdistorsi oleh Firaun.
Gambaran mereka terhadap Allah telah rusak.

 

-----
 

Marilah kita refleksikan:
Adakah saat ini 'gambaran manusia' mendistorsi gambaran kita tentang Allah?

Adakah ayah kita telah merusak gambaran kita tentang Allah?
Adakah ibu kita?
Atau pengasuh kita?
Atau atasan kita?
Atau lingkungan kita?
Mungkin pasangan kita?

 
Adakah manusia telah begitu mempengaruhi kita sehingga kita gagal melihat Allah sebagaimana adanya Ia?
 

Bagi yang gambaran Allah terdistorsi dalam segi kasih,
Yesus telah membagikan perumpamaan yang sangat indah kepada kita yaitu perumpamaan anak yang hilang.

 

http://sabdaweb.sabda.org/bible/chapter/?b=42&c=15#12 
 

Ada banyak lagi perumpamaan dari Yesus Kristus yang menggambarkan Allah Bapa sebagaimana Ia ada.
Bahkan,
seluruh hidup Yesus Kristus menggambarkan siapa Allah itu sebenarnya.

Orang-orang yang terasing dan terkecil dapat datang kepadaNya dan menjamah diriNya tanpa dihalang-halangi.
Orang boleh saja tidak percaya pada perkataanNya, tetapi mereka dapat dengan bebas datang kepadaNya, bertanya apa saja bahkan mengujiNya (mencobaiNya).
Ia tidak marah dan tidak menghina mereka yang datang mencobaiNya.

Yesus Kristus menunjukkan kepada kita gambaran Allah yang dapat didekati, yang terbuka, dan yang datang menjangkau kita semua.
Ia bahkan mengampuni mereka yang menganiaya Dia.
Itulah gambaran Bapa kita.

Apakah kita merasa perlu mengulang-ulang doa, atau melebih-lebihkan ekspresi doa, atau berteriak-teriak agar Tuhan mendengar dan menjawab?
Perlukah semua itu? 
Padahal Tuhan-lah yang terlebih dahulu mengetuk pintu kita.

Pelajarilah hidup Yesus Kristus, maka itulah Allah sebagaimana Ia ada.

Ibr 1:3
Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi

Kita tidak bisa melihat Allah, tetapi Yesus Kristus adalah gambaran wujudNya.

Belajarlah dari Kitab Injil mengenai Yesus Kristus dan itulah Allah adanya.

Pelajarilah dan Kuduskanlah Nama-Nya.

-----

Bagian II
Aspek Kedua
 

Kita simak ayatnya :
 
Kel 32:1-8
Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."
Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku."
Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun.
Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" (Perhatikan bahwa Israel menyebut patung itu sbg 'Allah yg telah menuntun mereka keluar dr tanah Mesir')
Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" (Mereka menamakan patung itu 'YHWH')
Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya.
Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir."

 

Di sini ada fenomena yang menarik.
Musa lama berada di atas gunung,
Israel mulai tidak sabar,
Mereka lalu putuskan untuk membuat patung lembu emas.

Uniknya adalah:
Patung itu bukan sekadar patung berhala biasa,
Mereka namakan patung lembu emas itu 'YHWH, Allah
yang menuntun mereka keluar dari tanah Mesir'.

Israel tidak memanggil lembu emas itu dengan panggilan lain,
Israel tidak sedang menyembah allah lain,
Israel pada saat itu sedang menyembah YHWH,
Israel sedang memuji-muji dan bersukaria di hadapan YHWH,
Masalahnya, YHWH
yang mereka sembah, puji dan rayakan saat itu ada dalam wujud patung lembu emas.
 

Dari manakah mereka mendapat gambaran bahwa Allah YHWH itu berwujud patung lembu emas? Apakah YHVH menampakkan diri kepada mereka dalam wujud lembu emas?
Tentunya tidak.


Israel mendapat gambaran lembu emas dari agama, ritual, dan kebiasaan Mesir sebelum mereka mengenal YHWH. 

Mesir
memiliki banyak dewa-dewi.
Generasi Israel pada masa itu lahir dan dibesarkan di tanah Mesir sehingga mereka melihat dan menjadi familiar dengan penyembahan berhala Mesir.
 

Ketika mereka berjumpa YHVH, mereka tidak tau bagaimana sebaiknya menyembah Allah, maka mereka mengambil pola Mesir dan menerapkannya kepada Allah.

Mereka ambil gambaran lembu emas, mereka pahat menjadi patung, lalu menyembah patung itu atas nama Allah YHVH. 

Mereka menyembah Allah yang benar dengan cara Mesir. 
Mereka melakukan cara yang sama hanya mengganti nama sesembahannya.

-----
 

Sebelum kita menjadi percaya, kita mungkin telah terlebih dahulu menganut agama dan keyakinan lain bertahun-tahun.  

Ritual dan gambaran tuhan yg ada di agama dan kepercayaan tersebut secara tidak disadari turut membangun gambaran kita tentang Bapa.
 

Pertanyaan yang patut setiap kita renungkan,
Adakah gambaran kita akan Allah telah terpengaruh oleh konsep agama yang lama?
Adakah iman kita terkontaminasi oleh 'ritual' dan 'kepercayaan' yang lama?

 

Itulah kenapa dikatakan:
'Kuduskanlah nama Tuhan!'
   
Pisahkanlah, bedakanlah gambaran akan Bapa, Yesus dan Roh Kudus dari kontaminasi keyakinan yang lama.
 

Jika agama yang lama mengancam kita dengan kutuk dan rasa takut apabila kita tidak melakukan suatu kebiasaan (ritual),
Apakah gambaran kita tentang kekristenan juga demikian?

 

Jika agama yang lama bertuhankan patung yang tidak bisa bicara dan tidak bisa bergerak,
Apakah gambaran kita tentang Allah juga demikian?

 

Jika di agama yang lama kita berdoa dan meminta tetapi kita juga mengandalkan kekuatan kita untuk mewujudkannya,
Apakah Bapa juga demikian?

 

Jika di agama yang lama allah tidak pernah kita ajak bersekutu, allah tidak pernah berinteraksi dengan kita,
Apakah Bapa demikian adanya?

 

Jika di agama yang lama allah menurunkan kitab, lalu mewajibkan kita memenuhi semua yang tertulis dan ia hanya sekadar menunggu sampai kita mati barulah memberi upah,
Apakah kita pikir sekarang Bapa seperti itu?

 

Jika di agama yang lama, allah duduk di sorga yang nun jauh di sana mengamati kita dengan mata penuh penghakiman jika kita berbuat salah,
Apakah Bapa melakukan hal
yang sama?
Apakah Bapa berada sejauh itu dari kita?

 

Jika di agama yang lama kita berdoa minta penyertaan Tuhan lalu kita tinggalkan allah kita di rumah,
Apakah Bapa juga tertinggal di rumah saat kita keluar rumah?
 

Jika di agama yang lama kebenaran dan kesalehan diukur dari aktivitas relijius,
Apakah kerohanian dalam kekristenan juga diukur sedemikian?
 

Jika di agama yang lama allah nampaknya enggan menjawab doa sehingga kita perlu menangis memohon meraung-raung mengetuk pintu sorga,
Apakah Bapa kita juga sebegitu pelitnya?

 

Renungkanlah semua itu.
Apakah kita sudah menyamakan Bapa kita dengan gambaran agama/keyakinan/adat masa lalu?

 

-----
 

Alkitab telah menunjukkan pada kita siapa Bapa itu.
Peringatan juga sudah diberikan oleh Allah :

 
Mat. 15:9
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

 

Apakah pengertian kita tentang Bapa bersumber dari pengajaran Tuhan Yesus?
Ataukah telah kita campur dengan pengertian kita sendiri?

 
2Tim. 3:5
Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!

 

Inilah isi hati Allah yang disampaikan Yesus Kristus:
 
Yoh 4:22-24
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

 

Kenalilah Allah agar kita bisa menyembah Dia sebagaimana adanya Ia.
Pisahkanlah Allah dari konsep-konsep agama lain.

 
Hos. 6:3
Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.


Tuhan Yesus memberkati

 

Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...