Rabu, 13 April 2016

Perumpamaan Pokok Anggur



Perumpamaan mengenai Pokok Anggur adalah perumpamaan yang sangat indah dari Tuhan kita. Saya pribadi berpendapat bahwa salah satu perumpamaan yang dapat menjelaskan intisari kekristenan adalah perumpamaan ini.
Belakangan saya tertarik kembali pada perumpamaan ini saat sedang bertukar pikiran dengan seorang kawan yang menganut radical-grace.

I have no problem with radical-grace concept, I myself live everyday embracing God's radical grace for me. Namun begitu dalam membahas pengajaran, marilah kita melihat Alkitab secara proporsional dan kontekstual.

Yoh 15:1-6
Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 
Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.  
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 

------

Marilah kita coba lihat praktek perangguran di timur tengah.
Pada bulan februari sampai pertengahan maret, Vinedresser (pengurus kebun anggur) akan melakukan 3 hal:

1. Mencari cabang/ranting yang sudah melekat dari musim lalu tetapi tidak berbuah (fruitless branch)

 
Vinedresser akan membersihkan pohon anggur dengan cara memotong dan membuang cabang/ranting yang tidak berbuah pada musim lalu.

Cabang/ranting ini sudah coba dipelihara sepanjang musim tetapi gagal berbuah.
Cabang/ranting ini dipotong dengan tujuan agar sari makanan dapat dimanfaatkan oleh cabang-cabang lainnya.


Praktek Ini digambarkan oleh ayat 6.
Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar (ballo exo=cast away) seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 

2. Mencari cabang/ranting yang berbuah. Cabang/ranting ini lalu di prune (dibersihkan/dikerat)

Cabang-cabang yang sudah berbuah ini dibersihkan/dikerat (pruning) dengan tujuan supaya berbuah lebih banyak.

Ini digambarkan oleh ayat 2.
setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya (kathairo), supaya ia lebih banyak berbuah 

3. Mencari cabang/ranting yang baru 

Cabang/ranting ini belum berbuah karena memang masih belum waktunya. Cabang/ranting ini kemudian diangkat (airo) dan diletakkan ke atas agar mendapat sinar matahari lebih.

Ini digambarkan oleh ayat 2.

Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya (airo=bisa berarti dipotong, bisa juga berarti diangkat) 

Di musim depannya, vinedresser akan melakukan siklus serupa.
Cabang/ranting jenis 2 dan 3 yang tidak berbuah di musim depan akan dipotong, cabang/ranting yang berbuah akan dibersihkan, cabang/ranting yang baru akan diangkat.

Praktek yang terjadi pada cabang/ranting yang dibuang mengingatkan kita pada perumpamaan pohon ara yang ditebang sesudah 1 tahun diperlihara namun tidak berbuah.

Luk 13:9
mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!

---------

Marilah kita bahas beberapa aspek dari perumpamaan yang luar biasa ini.


1. Bapa adalah Pengusaha dari pohon anggur, Tuhan Yesus adalah pokok anggurnya

Inilah yang menurut saya esensial.
Intisari dari kehidupan kekristenan kita adalah Pribadi Allah itu sendiri.

Kita kadang bisa terjebak menukar/menggantikan Pribadi Allah dengan aktivitas rohani, sebut saja misalnya pelayanan gereja, pertemuan gereja, kegiatan sosial, rutinitas rohani, pemberian persembahan, dan sejenisnya.

Mungkin ada orang yang hatinya merasa sudah lega karena ia rutin datang ke Gereja, mungkin ada orang yang hati nuraninya merasa nyaman ketika ia selalu memberi persembahan, mungkin juga ada orang yang mengukur kerohaniannya dengan ukuran banyaknya pasal Alkitab yang ia baca setiap pagi, atau mungkin ada orang yang merasa Allah berkenan padanya jika ia sudah berdoa minimal 1 jam.

Semua itu baik, Kawan.
Tapi semua itu adalah buah dari hubungan kita dengan Tuhan.

Jika kita melakukan semua aktivitas namun hubungan pribadi dengan Tuhan justru minim, maka yang kita sebut 'buah' itu jangan-jangan adalah kedagingan di mata Tuhan.

Mrk 7:6
Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku

Kawan, semua orang bahkan orang non-Kristen bisa rutin ke Gereja, bisa rajin persembahan, bisa baca banyak pasal Alkitab dan bisa tahan berdoa hingga sejam, tapi tidak semua orang dapat tekun membangun hubungan pribadi dengan Tuhan.

Mungkin saja ada orang yang secara tidak sadar menggantikan 'Pribadi Tuhan' dengan 'huruf-huruf Alkitab'. Itulah pola kerohanian pada Perjanjian Lama: Tuhan itu jauh, sukar didekati, mengurapi hanya orang tertentu, maka orang awam harus rajin ke sinagog, menjalankan perintah rutin agama dan mendengar Taurat dibacakan setiap minggu.

Pada masa Perjanjian Lama, kerohanian diukur dari aktivitas, bukan dari hubungan.
Ketika Tuhan sendiri datang menjumpai para agamawan, mereka berusaha menilai Kristus berdasarkan aktivitas keagamaan dan ternyata Kristus gagal lulus ujian di mata mereka!

Tuhan tidak bisa digantikan oleh Alkitab.
Tuhan penting, Alkitab juga penting.

Alkitab adalah kumpulan ucapan/pengajaran dari Tuhan di masa lalu. Mempelajari Alkitab membuat kita memahami jalan pikiran, prinsip-prinsip dan keinginan Tuhan,
Namun ketika menghadapi kehidupan nyata di masa kini dan masa depan, maka kita butuh berjalan bersama Roh Kudus, mendengar ucapan Dia sekarang, real time.

Alkitab itu seperti kumpulan senjata ampuh yang siap digunakan, tapi tetap kita butuh petunjuk seorang Master untuk mengenali senjata mana yang cocok digunakan sekarang menghadapi musuh masa kini.


2. Kita berbuah karena menerima kehidupan dari Tuhan Yesus Kristus

Mungkin di antara kita ada yang memiliki kekhawatiran dan bertanya-tanya: Apakah saya sudah selamat? Bagaimana sih rumusnya supaya selamat?
Lalu orang itu bertanya kesana kemari dan mendapat jawaban: 
Untuk selamat, maka kita harus melakukan ini, itu, begini, begitu, di sini, di situ.

Apakah demikian?
Menurut perumpamaan ini, agar tidak dibuang ke luar maka orang Kristen wajib berbuah.
Wajib lho. Pohon anggur diciptakan untuk berbuah. Sudah kodratnya begitu.

Beberapa orang mungkin jadi takut tidak berbuah. Mengintrospeksi dirinya apakah sudah berbuah dan hasil introspeksinya adalah saya masih kurang banyak berbuah. Lalu dia merasa takut dan mencoba semakin banyak berbuah. Lama-lama dia merasa lelah, semakin ingin berbuah semakin terasa kurang banyak. Selanjutnya ia mulai meragukan keselamatannya dan dihinggapi rasa bersalah.

Kawan, fokusnya bukan di situ.
Fokus kita bukan 'bagaimana berbuah' melainkan 'seberapa dekat kita denganNya'.
Semakin kita dekat denganNya dan mengenalNya, maka semakin kita berbuah dengan alamiah.

Berbuah itu kodratnya pohon anggur. Berbuah itu tidak dipaksa-paksa. Yang perlu dikejar adalah hubungan pribadi dengan pokok anggur itu.

Ayat 4
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku


Saya setuju dengan pandangan radical-grace bahwa berbuah itu terjadi dengan sendirinya dan adalah usaha Tuhan, bukan usaha kerja keras manusia.
Bagian manusia adalah tinggal melekat kepadaNya, berinteraksi denganNya dan menerima kehidupan dari Dia.

Yes, berinteraksi dengan Tuhan itu sepertinya sangat abstrak apalagi Tuhan itu tidak kelihatan. Bukankah bosan duduk sendiri di ruangan berbicara kepada sosok yang tidak kelihatan, Kata-kata kita lenyap ditelan kesunyian dan bunyi suara kita membentur tembok?

Yes memang begitulah pada awalnya.
Jauh lebih enak aktivitas, ada aksi di situ, ada interaksi dengan orang lain --plus di beberapa kasus ada juga pujian manusia--.

Saya dahulu mengalami itu, Kawan.
Berdoa itu tidak menyenangkan karena tidak ada timbal-baliknya, badan rasanya mau keluar ruangan saja. Tapi itu awalnya saja, Kawan. Lama-kelamaan, bisa lama bisa cepat tiada yang tau, telinga rohani kita diperkuat, hati kita makin peka dan tanpa disadari kita mulai mengenali suara Tuhan yang halus, kita mulai mengenal kesukaan Tuhan, hati kita bereaksi saat menemukan sesuatu yang diinginkanNya dan tidak diinginkanNya.
Itu semua seiring waktu dan ketekunan. Fokus utama kita ada pada hubungan pribadi dengan Tuhan sembari kita memperdalam Alkitab, mengerjakan aktivitas rohani dan bekerja di ladang sekuler.

Dari hubungan pribadi ini maka kita berbuah dengan benar, bukan buah kedagingan. 

Kedagingan membuat kita menjauh dari Tuhan karena merasa lelah, kebenaran justru membuat kita semakin mendekat kepadaNya sekalipun kita merasa tidak mampu.

Berbuah itu alamiah dan merupakan pekerjaan dari pengusaha.
Jika Sang Pengusaha melihat bahwa cabang/ranting belum berbuah, maka cabang/ranting itu akan diprioritaskan untuk memperoleh cahaya matahari, bukan menuduh-nuduh/memarahi/mencela cabang/ranting tersebut.
Inilah kasih karunia Tuhan.
 


Saya hendak mendorong agar kita menghindari pembanding-bandingan diri dengan standar/ukuran orang lain maupun dengan standar/ukuran yang kita buat-buat sendiri. Inilah yang dapat membuat kita merasa bersalah, minder dan berbeban berat. 

Tuhanlah pengusaha dan pengukurnya, Dia tahu kapan dan bagaimana caranya agar kita berbuah secara alamiah. 


3. Ada pemotongan

Mohon maaf kepada Kawan-kawan radical-grace. Nas ini tidak membuang sama sekali kemungkinan terjadinya pemotongan, yaitu mereka yang dibuang ke luar oleh Tuhan karena tidak berbuah.

Pemotongan itu tetap ada dan dilakukan bagi cabang/ranting yang sudah waktunya berbuah namun tidak berbuah.
Yang tahu waktunya itu siapa? Bukan kita tetapi Tuhan.

Mengapa bisa tidak berbuah? Karena tidak menerima aliran kehidupan dari pokok atau alirannya tersumbat.

Jika sudah dipotong apakah bisa dikembalikan?
Masih bisa, Kawan.
Tuhan berkuasa mencangkokkannya kembali.

Mengapa pada saat itu Tuhan Yesus tiba-tiba bicara tentang pemotongan?
Karena perumpamaan ini mengandung konteks spesifik.

Dalam konteks spesifik perumpamaan tersebut, fruitless branch mngacu secara khusus pada Yudas. Yudas sudah diberi kesempatan bersama-sama Tuhan sekian lama tetapi tidak berbuah. Sudah tiba saatnya bagi Yudas untuk dibuang ke luar.
Pada saat perumpamaan ini disampaikan, Yudas sudah pergi. Tuhan Yesus menyuruh dia pergi. Yudas lalu kerasukan Iblis dan mengkhianati Tuhan.
Ke-11 rasul yang lain tetap di sana mendengarkan Tuhan. Tuhan lalu menyampaikan pemotongan ini sehingga kelak mereka mengingat bahwa fruitless branch yang dibuang ke luar adalah Yudas Iskariot.

Kepada para rasul yang lainnya, Tuhan mengatakan bahwa mereka akan diangkat lalu dibersihkan agar berbuah lebih banyak.

---------

Dari sini juga saya personally belajar tentang relasi antara pengajaran dan keimanan.
Secara pengajaran, kita sampaikan proporsional. Keadaan dipaparkan sebisa mungkin apa adanya.
Ada pemotongan, ada pengangkatan, ada pengeratan, ada berbuah.

Namun saat menyampaikan pesan kepada individu, maka kita berikan pesan yang dapat menghibur dan menguatkan.

Di situ Tuhan Yesus berbicara kepada 11 Rasul yg hadir:
Ya, ada pemotongan, Yudas, yang adalah bagian dari kita, dipotong; namun kalian semua tidak. Kalian semua akan dibersihkan dan berbuah banyak.

Secara keimanan, kita semua harus sadar bahwa Tuhan telah menyelamatkan dan pasti menyempurnakan kita.

Tuhan Yesus memberkati.



Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...