Senin, 02 Juli 2018

Keseimbangan Pemberitaan Injil



Waktu saya pertama kali lahir baru, saya YAKIN 100% pasti masuk surga dan tidak ada apapun yang bisa menggagalkan itu.

Saat saya mulai bertumbuh, banyak membaca, mendengar kotbah dan ikut berbagai ibadah, saya mulai menambahkan syarat-syarat yang Alkitabiah pada keselamatan, antara lain harus berbuah, harus tetap dalam iman, jangan menghujat ROH KUDUS, harus hidup dalam pengampunan, dan lainnya.
Itu semua syarat Alkitabiah.

 
Lama-lama saya condong menganut keselamatan bersyarat, saya mulai kritis terhadap keselamatan pribadi saya, saya mulai berhati-hati dalam segala sesuatu sampai saya menderita holiness-obsessive-compulsion (istilah saya sendiri). 
Jika ada yang tanya, saya akan bilang sudah selamat padahal hati saya sedikit mempertanyakannya.

Akhirnya Tuhan tegor saya:

If you do not believe that YOU ARE SAVED, 
Then you do not believe in me AT ALL. 

Saya jadi memahami (spt kata-kata Wonder Woman - superhero favorit baru saya mengalahkan Batman):

It's what YOU believe (not what you deserve). 
And I believe I'm SAVED (kata-kata saya sendiri)

Dari teguran itu, mantap hati saya bahwa saya sudah selamat.
Apapun kondisi saya saat ini, saya tidak meragukan bahwa saya sudah selamat.

---------

Namun begitu, tegoran Tuhan itu tidak menghilangkan dalam benak saya akan apa saja yang necessary bagi orang-orang Kristen.

All christian must achieve the standard God gave them.

Ya, Tuhan punya standar, punya tujuan untuk hidup kita. Kita harus kesana.
Harus, bukan boleh-ya-boleh-nggak.
StandarNya dinamis dan kita wajib kesana.

Itulah garis akhir perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Tuh kan bener, wajib kata Paulus.

But we get there already knowing that we are saved.

-----------

Sekarang saat saya sedang menulis tentang keselamatan atau berbicara tentang kehidupan Kristiani, saya berhati-hati agar:

1. Jangan sampai tulisan saya mengurangi keyakinan seseorang bahwa ia sudah diselamatkan

Dari segi believe dan faith, keselamatan mutlak sudah diperoleh, ngga bisa diganggu-gugat.
Ukuran kondisi seseorang saat ini tidak bisa jadi indikator ia selamat atau tidak, 
Future is still long way ahead and faith will bring you there so don't lose faith.

Tuhan berkata bahwa kita harus punya iman seperti anak kecil.
Anak kecil sangatlah faithful.
Imannya yang seperti anak kecil, pemikiran kita silakan dewasa.
Kita boleh saja memahami kondisi dan kesulitan, namun iman tetap harus kuat.

Saya memahami orang-orang berhati baik yang memberi peringatan kepada jemaat dengan tujuan agar jemaat tidak binasa. 
Namun demikian, bagaimana pesan tersebut disampaikan akan menentukan apakah jemaat menangkap pesan sesuai tujuan yaitu pertobatan, atau jemaat malah menangkap pesan lainnya bahwa mereka mungkin sedang tidak selamat.

Pesan-pesan tertentu bisa memancing jemaat membandingkan kondisi mereka saat ini dengan keadaan ideal sesuai firman Tuhan, alih-alih jemaat membangun iman ke keadaan ideal, mereka malah turun semangat karena melihat kegagalan hidup saat ini.

Aduh, aku kok sekarang masih jauh dari kebenaran ya, 
Aduh, aku belum bisa begini, aku belum sampai begitu, aku masih maunya ini-ini saja belum sesuai maunya Tuhan.

Adalah WAJAR bahwa manusia selama hidup di bumi tidak akan sempurna karena kesempurnaan itu tidak ada, sesudah mencapai satu tahap akan ada tahap lain di depan, sudah sampai ke depan ternyata ada tahap baru lagi, sudah ke tahap baru dipikirnya sudah tenteram ternyata masih ada yang lebih tinggi, sudah sampai paling tinggi ternyata baru tau di balik awan ada yang lebih.

Selalu ada tahap berikutnya.

Jadi normal sekali kalau kondisi manusia tidak pernah ideal.
Jika kondisi ideal dikaitkan dengan keselamatan yang mungkin hilang, alhasil TIDAK ADA ORANG KRISTEN YANG SUDAH SELAMAT.
Kita jadi tidak beda dengan agama lain, hanya beda nama Tuhan, nama kitab, tata cara dan lokasi ibadah. 
Isinya sama: Kamu belum cukup baik sehingga mungkin tidak selamat.

Keselamatan adalah basic faith.
Sudah beriman ya sudah selamat, titik.
Dari basic itu kita bergerak ke tahap lain.

Bagaimana jika ada orang yang ngeyel, menganggap enteng kasih karunia, meremehkan keselamatan, terus hidup dalam dosa walau sudah Kristen?
Yes, jika ketemu yang seperti itu, jikalau ada, silakan tegor dengan keras bahwa kamu pasti masuk neraka kalau terus begitu (karena memang benar demikian).


Yang membedakan kekristenan dan Yesus Kristus dengan jalan-jalan lain adalah rasa aman. Ada rasa tenang, tenteram dan aman dalam Dia. Damai sejahtera.
Itu jangan sampai hilang.


2. Jangan sampai tulisan saya mengurangi pemahaman seseorang bahwa ia harus mencapai target dan standar yang Tuhan sudah berikan.

Udah selamat, udah aman tenteram, tapi bukan brarti diam dan hanya menikmati. 
Ada tugas, ada finish line yang Tuhan berikan.

Iman adalah energi dan sarana bagi seseorang untuk mencapai standar.
Iman itu hari ke hari terus berkembang. Ukurannya bukan sejauh mana perbuatannya tapi apakah ia punya iman.

Saya udah selamat, oke that's our basic faith.
Berikutnya saya harus berbuah, sekarang masih belum.
Artinya saya harus mengembangkan faith bahwa saya akan berbuah, keep believing, keep faithful, perkatakan terus sampai nanti benar-benar nyata berbuah,
Udah berbuah segini terus tingkatkan iman maka akan berbuah lebih banyak, believe it.
Sesudah itu akan lanjut ke standar berikutnya dan faith menuntun kesana.

Tidak ada batas akhir bagi iman, iman akan terus bertumbuh dari satu target ke target lainnya.

Ada semacam pengajaran yang mengarahkan agar jemaat pasif saja menunggu Tuhan sendiri yang mengembangkan iman kita. Tujuan pengajaran ini agar jemaat tidak jatuh dalam legalisme (membeli perkenanan Tuhan dengan usaha manusia).

Saya tidak sependapat dengan itu.
Siapa bilang kita tidak boleh aktif? Mengapa orang yang mengajar bahwa kita dibebaskan oleh Tuhan malah menghalang-halangi kita untuk mau berbuat bagi Tuhan saking takutnya pada legalisme?

Legalisme kita hindari, paham membeli perkenanan Tuhan kita perangi, tapi jangan batasi perbuatan manusia yang ditujukan untuk memuliakan Tuhan.

Nantinya orang mau melakukan A namun takut apakah A usaha membeli Tuhan, apakah A adalah legalisme. 
Bodo amat. Mau lakukan A ya lakukan saja demi Tuhan, bebaskan diri lakukan apapun untuk Tuhan, jangan kuatir.

Sampai-sampai ada ajaran ekstrim melarang orang minta ampun saat berdoa karena minta ampun adalah tanda kurang beriman pada kasih karunia, karena dianggapnya orang yang minta ampun berarti tidak percaya Tuhan sudah mengampuni di kayu salib.

Kenapa malah jadi membatasi orang?
Menciptakan Taurat baru? Memerangi Taurat lama dengan mendirikan Taurat baru.


Mau doa minta ampun? Lakukan saja untuk Tuhan.
Yang penting hati kita tau bahwa kita sudah diampuni, segala tindakan lahiriah silakan dilakukan.

Iman kita harus aktif, berangkat dari satu titik naik ke titik lainnya,
Selalu ada yang kita kejar.
Saya mau tingkat kedewasaan ini Tuhan, saya imani terus-menerus sampai mencapai,
Sesudah itu saya mau tingkat kedewasaan ini Tuhan, maka imani terus-menerus sampai mencapai.

Tidak pasif menunggu Roh Kudus sendiri yang entah bagaimana tiba-tiba buat kita mencapainya.

---------

Kalau orang mati sebelum bisa mencapai standar bagaimana?
Fine asalkan ia punya faith.
Artinya ia mengarah ke tujuan walau belum sampai kesana.
Urusan upah itu urusan Tuhan.

Bagaimana dengan orang yang sudah lama punya basic-faith tapi tidak progressing faith-nya?
Itu urusan Tuhan, yang pasti Alkitab mengajar bahwa orang Kristen harus bertumbuh.
Kalau sudah lama bersama Tuhan tapi beranjak dari basic-faith atau malah hidup dalam dosa, itu suatu pertanyaan besar.

Masuk neraka? Saya ngga tau.  
Yang saya lakukan adalah reminding dan warning bahwa Tuhan punya tugas bagi dia. 
Dia perlu mengembangkan faith menuju kesana.

Ada lagi sejenis pengajaran yang melarang segala jenis warning, melarang peringatan, melarang kotbah tentang konsekuensi karena takut orang yang mendengarnya jadi hidup terikat Taurat. Mereka berusaha membelokkan segala kalimat peringatan di Alkitab menjadi peringatan bagi non-umat, bukan peringatan bagi Jemaat.

Mengapa membatasi Roh Kudus?
Roh Allah menginsyafkan dunia akan dosa dan penghakiman.

Roh Kudus bisa bekerja dalam hati seseorang melalui peringatan dan penghakiman.

Bedanya kita terhadap agama lain, agama lain menuntut perbuatan dengan energi yang berasal dari diri orang itu sendiri.
Kekristenan menuntut perbuatan dengan energi yang berasal dari iman,
Iman itulah
yang mewujudkan, bukan kekuatan pribadi orang.

Kepastian selamat adalah fondasi yang sangat penting.

-------

Tujuan dari tulisan ini adalah sharing atas pemikiran saya selama ini tentang keseimbangan dalam menyampaikan pesan keselamatan.

Sharing ini dipicu latar belakang kontroversi pengajaran tradisional Gereja dengan pengajaran radical faith yang relatif baru. Ada yang setuju dengan radical grace lalu secara ekstrim memberitakannya, ada yang tidak setuju dengan radical grace lalu secara ekstrim pula menentangnya.

Selama saya membaca Alkitab, selalu ada 2 sisi yang sama benarnya: Ada sisi kasih karunia, ada sisi peringatan.
Jika para rasul menganut radical grace, saya yakin mereka akan memilih menghapus semua peringatan (atau menulis bahwa peringatan untuk dibaca non-jemaat, abaikan saja bagi yang jemaat) karena Roh Kudus pasti mengajar jemaat tanpa memberi peringatan/ancaman.
Jika para rasul menganut kontra-radical-grace, saya yakin mereka akan menghilangkan kasih karunia supaya jemaat selalu ingat kekurangan mereka dari standar Tuhan (jika kamu tidak yakin pasti selamat, kamu akan hidup hati-hati untuk tetap jaga keselamatan).
Tapi kan tidak begitu.

Bagi semua yang baca tulisan ini, kalian yang percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kamu SUDAH DISELAMATKAN. Jangan ragu sedikitpun.

Kamu juga harus mencapai tujuan yang Tuhan miliki buat hidupmu.
Jangan ragu sedikitpun.

Tuhan Yesus memberkati


Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...