Kamis, 09 Oktober 2014

Trikotomi



1 Tes 5:23
Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Dalam nas tersebut, Paulus mengkategorikan manusia menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Tubuh
2. Jiwa
3. Roh

Alkitab tidak menjelaskan spesifik perbedaan antara tubuh, jiwa dan roh,
Ketiga bagian ini saling berinteraksi sedemikian rupa (apalagi jiwa dan roh itu tak-kasat mata) sehingga manusia sulit membedakan antara tubuh, jiwa dan roh,
Hanya dalam kondisi tertentu saja kita bisa dengan lebih mudah membedakan antara tubuh, jiwa dan roh.

Misal,
Ketika seseorang sedang kesurupan/kerasukan,
Dalam keadaan tersebut, kita bisa membedakan antara jiwa dengan roh.
Atau ketika seseorang sedang mempraktekkan proyeksi astral (ngerogoh sukmo).
Di situ bisa jelas terlihat perbedaan antara tubuh dengan jiwa dan roh.
Di luar kondisi-kondisi khusus itu kita hanya mengasumsikan saja.

Marilah sekarang kita berasumsi.

1. TUBUH

Tubuh adalah wadah jasmaniah yang menjadi jembatan antara jiwa-roh dengan alam fisik.
Tubuh memiliki keinginannya sendiri, yaitu keinginan yang terkait kebutuhan dasar bertahan hidup.
Kebutuhan dasar antara lain: Makan, minum, perlindungan, penyaluran seks maupun istirahat.
Tubuh bertumbuh dari pemenuhan kebutuhan dasar.
Contoh, ketika tubuh sedang lemas maka tubuh akan 'menyuarakan kebutuhannya' utk beristirahat.

2. JIWA

Jiwa melibatkan proses mental.
Proses mental yang dimaksud adalah: Pikiran, perasaan, imajinasi dan kehendak.

Jiwa bertumbuh dari pembelajaran.
Saya tidak akan tau siapa saya jika saya tidak belajar mengenai diri saya.
Jika jiwa tidak belajar, maka jiwa tidak akan tau.
Pembelajaran mental akan mengisi pikiran kita, lalu apa yg kita pikir akan mempengaruhi perasaan kita, kemudian pikiran dan perasaan akan mewarnai imajinasi kita, dan berdasarkan proses mental itu kita mengambil keputusan (berkehendak).

Selama manusia hidup di bumi, maka jiwa ini sangat terkait dengan tubuh.
Tubuh yang tidak berfungsi baik akan menghambat pembelajaran jiwa karena tubuh tidak dapat memfasilitasi pembelajaran yang dbutuhkan jiwa.

Pembelajaran yang dilakukan oleh jiwa akan mengembangkan 'kesadaran akan diri sendiri' dan membentuk 'kepribadian'.
Pikiran, perasaan dan imajinasi akan saling berinteraksi sebagai 'pertimbangan'.
Dari hasil pertimbangan itu, dihasilkanlah 'kehendak' yang diwujudkan melalui 'tindakan'.
Konsistensi seseorang dalam melakukan proses mental itulah yang disebut 'kepribadian'.

Jiwa adalah proses berpikir dan pengambil keputusan.
Tubuh akan menjalankan keputusan dari jiwa.

Peran jiwa itu sangat penting.
Jiwa adalah diri seseorang.
Saya adalah apa yang jiwa saya pelajari mengenai diri saya dari semua pengalaman saya.

Jiwa memiliki keinginan, yaitu ingin dianggap berharga dan ingin merasakan kesenangan (kebahagiaan),
Maka itulah beberapa orang berkata bahwa manusia adalah makhluk emosional.
Apabila seseorang merasa berharga dan senang (bahagia), maka ia akan merasa keberadaannya penting.

Keinginan dianggap penting itulah hasrat yang terus-menerus dicari dan ingin diwujudkan jiwa.
Tingkat hasrat itu akan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasa dan mengambil tindakan.

Kedagingan


Ketika seseorang belum diperbaharui rohnya, maka keinginan tubuh dan keinginan jiwa akan sangat mempengaruhi orang itu.
Orang-orang yang belum diperbaharui rohnya akan berusaha mencapai kepuasan tubuh dan kepuasan jiwa dengan cara-cara yang ia pelajari/tiru dari lingkungan tempat ia dibesarkan (dunia).

Sayangnya, beberapa cara dari dunia ini tidak sesuai dengan prinsip maupun jalan-jalan Tuhan.
Keinginan tubuh dan keinginan jiwa yang tidak sesuai jalan-jalan Tuhan adalah keinginan daging.

Kedagingan adalah jiwa dan tubuh yang mengikuti cara-cara dunia yang tidak sesuai jalan-jalan Tuhan.

3. ROH

Roh, inilah yang sukar bagi sebagian besar orang untuk dipahami.

Mengapa?
Roh manusia tidak aktif dan tidak berperan signifikan sebelum 'kelahiran baru'.

Sebelum roh dipulihkan, kita merasakan peran roh pada saat tertentu saja.
Misalnya ketika mlewati suatu tempat lalu tiba-tiba merasa takut tanpa ada penjelasan logis, rasa takut yang tiba-tiba itulah 'suara' roh.
Roh manusia berusaha memberi tau sesuatu, tetapi jiwa (kesadaran dan logika) tidak dapat memahaminya.

Jika tidak pernah diajar mengenai alam roh, maka jiwa tidak dapat memahami apa yang terjadi di alam roh. Jiwa tidak tau mengapa tiba-tiba muncul rasa takut atau tiba-tiba tubuh merinding.

Para dukun, paranormal dan penganut spiritisme belajar mengenai alam roh, namun sayangnya mereka mendapatkan ilmunya dari sumber-sumber sesat dan mereka diajarkan untuk mengambil keuntungan atasnya.

Ketika kita mengenal Allah yang benar, disucikan oleh darah Anak Domba, didiami oleh Roh Kudus dan belajar firman Tuhan, maka seharusnya kita mulai bisa memahami apa itu roh (setidaknya roh kita sendiri).
Sangat disayangkan bahwa orang yang sudah lahir baru kadang tidak memahami apa itu roh karena ia tidak diajarkan mengenai hal tersebut.
Jiwa bisa memahami tentang roh jika ada yang mengajarkannya.

Roh adalah penghubung antara tubuh-jiwa dengan alam rohani.
Roh-lah yang menjadi sarana untuk merasakan dan melihat ke alam roh.
Tuhan memberikan manusia roh agar manusia dapat berinteraksi dalam alam rohani.

Allah adalah Roh, manusia harus peka rohnya untuk dapat berinteraksi dinamis dengan Allah. 

Ketika seseorang kerasukan, rohlah yang dirasuki karena roh merupakan penghubung ke jiwa-tubuh.
Ketika roh seseorang dikuasai, maka tubuh-jiwa-nya tidak berdaya dan terpaksa mengikuti sabotase tersebut.
Ketika seseorang black-out (tidak sadar) karena dirasuk, maka jiwanya ditutup/terselubung dan roh serta tubuhnya ditunggangi/dikuasai.

Pada saat seorang dukun melakukan ngerogoh sukmo (proyeksi astral), yang terjadi adalah:
Roh jahat dalam diri dukun tersebut memberikan jiwanya kuasa atas rohnya sendiri.
Dukun itu bebas menentukan (jiwanya bebas berkehendak) untuk keluar-masuk dari tubuhnya maupun keluar-masuk alam roh.
Itulah kondisi dimana jiwa dan roh terhubung/tersambung.

Jiwa dan roh seharusnya tidak tersambung kecuali atas kehendak Roh Kudus.
Mengapa?
Karena berbahaya sekali jika jiwa (keinginan) seseorang diberikan kuasa atas rohnya.
Jika orang itu masih kedagingan, maka rohnya akan dieksploitasi untuk tujuan kedagingan.

Ibr 4:12
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.


Jika ada hamba Tuhan/pendeta/rohaniwan Kristen yang berkata bahwa ia bisa kapanpun mengalirkan karunia Roh, maka saya akan meragukan ke-hamba-annya.

Kuasa Roh Kudus memisahkan jiwa dan roh.
Dalam keadaan terpisah, jiwa manusia tidak memiliki kuasa untuk memanfaatkan roh.
Itulah mengapa karunia Roh tidak dapat dialirkan menurut kemauan pemegangnya, melainkan hanya atas kehendak Roh Kudus.

Ketika Roh Kudus berkehendak, maka Ia akan menghubungkan sementara antara jiwa dan roh sehingga seseorang dapat bekerjasama mengalirkan karunia Roh.
Itulah kerjasama. Roh Kudus bekerjasama dengan manusia, bukan sabotase.
Ketika Roh Kudus memberi kesanggupan tetapi manusia tidak mau, itulah 'memadamkan Roh'.

1 Tes 5:19
Janganlah padamkan Roh


Setan gemar menghubungkan antara jiwa dan roh manusia.
Ia melakukannya agar manusia beroleh sensasi 'menjadi seperti Allah'.

--------

Roh manusia adalah alat utama untuk mengenali kehadiran Tuhan.
Jiwa manusia belajar dan menimbang-nimbang logika mengenai Tuhan, tetapi ketika roh dijamah Tuhan maka roh itu akan langsung bersaksi kepada jiwa melalui suatu inspirasi yang tidak dapat dilukiskan oleh logika dan inspirasi itu akan sangat menggugah jiwa untuk membuat keputusan.

Rm 8:16
Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Kesaksian ini digemakan dalam roh manusia dan gemanya melampaui segala akal (proses mental jiwa).

Ketika Tuhan berfirman kepada seseorang, dari dalam hatinya akan timbul keyakinan yang begitu kuat dan teguh hingga logika dan akal sehatnya tidak dapat memadamkan keyakinan tersebut.

Tuhan menanamkan firman pada roh orang itu dan roh tersebut bersaksi dengan kuat hingga jiwa dan tubuh orang tersebut mengikuti (walau mungkin tidak memahami).

---------

Kekristenan adalah agama kesaksian, bukan agama logika.
Ke-Tritunggal-an Allah kita imani karena kesaksian dalam hati kita.
Kesaksian itu terjadi dalam roh kita oleh Roh Kudus.
Kita percaya Yesus Kristus bukan semata karena pembelajaran logika, tetapi karena roh kita dijamah Roh Kudus.

Beberapa diantara beruntung telah melihat Kristus dalam keilahiannya sehingga percaya bahwa Ia adalah Allah, tetapi tidak semua seperti itu.

Banyak konsep fundamental Kristiani itu sangat sukar diterima logika tetapi bertengger dengan mantap sebagai kesaksian dalam hati kita.
Roh kita telah terjamah dan menghasilkan iman yg melampaui akal-budi.

--------

Saya menyadari banyak 'logika-ist' yang berusaha me-logika-kan hal-hal di dalam kekristenan.
Tanpa sadar para logikaist ini menjauhkan kita dari pemahaman akan roh.
Mereka seolah berpendapat bahwa segala peristiwa 'rohani' dalam kekristenan harus dapat dilogikakan, or else sesat.

Perhatikan penuturan Paulus ini:

1 Kor 14:14
Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.


Paulus mengajarkan adanya 2 proses yang berbeda, yaitu proses rohani dan proses akal budi.
Roh bisa berdoa tetapi pada waktu bersamaan akal-budi tidak sedang berdoa.
Lho kok bisa?
Ternyata bisa.

Para logika-ist akan berusaha membantah hal ini dengan satu dan lain argumen logis, tetapi Alkitab mengatakan bisa.
Kita bisa berdoa di luar akal-budi, yaitu berdoa dalam roh (berbahasa roh).

Contoh lain,
Fenomena holy laughter.
Mengapa tubuh manusia bisa tertawa terbahak-bahak tanpa akal-budinya memahami mengapa ia tertawa?
Itu karena rohnya sedang dijamah Tuhan.
Tuhan sedang menyatakan diri kepada roh orang itu sebagai Allah sumber sukacita.
Roh orang itu lalu bereaksi dan tertawalah dia (tanpa akal-budinya mengerti kenapa ia tertawa).
Seseorang bisa tertawa, bisa menangis, bisa tiba-tiba bernubuat, bisa mendapat penglihatan tanpa terlebih dahulu direncanakan oleh akal-budi.
Sama seperti bahasa roh, dia timbul dari roh yang langsung mengirim sinyal ke lidah tanpa melewati akal-budi (akal-budi tidak tau apa yang akan diucapkan lidah).

Tentu saja jika jiwa tidak diajarkan mengenai hal di atas, maka jiwa tidak akan memahaminya dan tidak bisa menerimanya.
Jiwa manusia biasanya menolak apa yang tidak dipahaminya (memang ini adalah mekanisme pertahanan hidup) kecuali jika jiwa telah mengalaminya sendiri.

Para logikaist mungkin akan menolak ketidak-terlibatan akal-budi dalam bahasa roh.
Karena para logika-ist tidak mengalaminya, maka mereka tidak memahaminya dan mungkin menolaknya.
Alasan yang diberikan logika-ist adalah praktek bahasa roh pernah terjadi tetapi sudah berhenti (sayangnya alasan ini tidak sola-scriptura melainkan penafsiran yang dipaksakan).

Saya sangat mengerti bahwa tujuan mereka baik, yaitu agar Jemaat tidak terjebak dalam spiritisme,
Namun sangat disayangkan bahwa berkat melimpah tidak mereka peroleh dari karunia Roh karena mereka tidak dapat menerima fenomena tersebut secara akal-budi.

Di sisi lain, rasanya perlu diingatkan karunia Roh bukanlah syarat keselamatan.
Pihak yang menutup diri terhadap karunia Roh jugalah sesama saudara dalam Kristus yang telah menerima keselamatan.

------

Karena roh dijadikan Tuhan sebagai penghubung pada alam rohani, maka ROH KUDUS bertahta di roh manusia.
ROH KUDUS akan mengubah roh manusia ('lahir baru') dan menuliskan hukum-hukumNya dalam roh itu.
Dengan kehadiran Roh Kudus, maka roh manusia akan rindu untuk melakukan kebenaran (sesuai dengan apa yang dituliskan dalam loh hatinya).

Yeh 11:19; 36:26
Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat,Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.

Ibr 8:10
Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu," demikianlah Firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.


Hukum inilah yang nanti memisahkan antara keinginan jiwa dengan roh.

Roh itu penurut.
Pada dasarnya siapapun yang berkuasa atas orang itu, maka rohnya akan menurutinya.
Jika orang itu kedagingan, maka rohnya akan digunakan untuk tujuan kedagingan.
Jika orang itu dikuasai Roh Kudus, maka rohnya akan berkeinginan kuat mengikuti Roh Kudus.

Roh manusia hidup dari makanan rohani.
Makanan rohani itu adalah firman Tuhan, hadirat Tuhan dan pengurapan.

Ya, hadirat Tuhan dan pengurapan juga penting.

Semakin sering roh manusia menyerap makanan rohaninya, maka rohnya akan semakin kuat dan kepribadiannya semakin menyerupai Roh Kudus (kepribadian Roh Kudus tercermin dalam buah-buah Roh).
Semakin kuat roh seseorang, maka semakin peka ia dengan alam rohani di sekitarnya, yaitu untuk memahami kehendak Allah.

Jiwa bisa saja memahami secara mental seluruh ajaran firman Tuhan, tetapi rohlah yang bisa mengaitkan relevansinya untuk pribadi orang itu, untuk Gerejanya dan untuk masyarakatnya. 

(Kalangan karismatik umumnya menyebut hal ini sebagai 'rhema'. Pada dasarnya rhema mmiliki arti yang sama dengan 'logos'. Kedua istilah ini sering dibedakan penggunaannya semata untuk diferensiasi antara 'perkataan masa lalu' dengan 'perkataan masa kini')

Saya menyadari ada orang-orang yang membaca firman, lalu mengutip ayat sesuai kemauan logikanya, kemudian melakukan klaim atasnya, diikuti dengan desakan agar Tuhan memenuhinya.
Jika orang itu masih relatif petobat baru, maka itu Tuhan menyediakan kasih karunia baginya sebagai bayi rohani,
Namun jika usia orang itu sudah seharusnya menuju kedewasaan rohani, maka ia bisa saja jatuh dalam kedagingan karena ia berjalan dengan pemikirannya sendiri.

Ams 3:5
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.


Terkadang ketika saya tidak sedang berdoa, tiba-tiba roh saya mendapat inspirasi.
Kadang hanya 1 saja kalimat yang bergema di hati saya (roh saya),
Tetapi dari 1 kalimat itu, tiba-tiba berbagai-bagai ayat mengalir sambung-menyambung di pikiran saya, yaitu sesuatu yang saya tidak terpikir sebelumnya.
Kurang dari 1 detik saja segala ayat-ayat itu mengalir dan terangkaikan menjadi suatu pengajaran tetapi butuh banyak aparagraf bagi saya untuk menuangkannya kepada orang lain.

Itulah hikmat Tuhan.
Hikmat itu diberikan pada roh dan mengalir ke pikiran, yaitu sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Terkadang suatu ayat bisa saya artikan secara logika tetapi belum bisa benar-benar saya terima di hati saya.
Lalu saat hikmat itu datang, maka ayat itu baru bisa saya pahami dan terima sepenuhnya tanpa keraguan, sekalipun maknanya berbeda dengan apa yang logika saya tafsirkan.
Saya paham bahwa semua proses itu adalah 'hadiah' dari Tuhan, sehingga tidak bisa kita sombong atasnya.

-------

Roh dan jiwa akan saling mempengaruhi.
Jiwalah yang memutuskan. Jiwa itu kesadaran dan manusia harus memutuskan dalam kesadaran.

Roh manusia (yang membawa keinginan Tuhan) akan berusaha mempengaruhi jiwa dan tubuh.
Kita tau bahwa jiwa dibesarkan dengan mempelajari cara-cara dunia sehingga keinginan-keinginannya tidak selalu selaras dengan Firman Tuhan. Tubuh pun memiliki keinginannya sendiri akan 'kenyamanan'.

Jika roh kuat maka ia akan peka pada kehendak Tuhan (iman).
Dengan iman yang kuat, maka jiwa akan mengikuti keinginan roh.

Dengan bertambah kuatnya roh (dengan iman dan otoritas yang semakin besar) dan dengan bertambahnya pemahaman jiwa akan firman Tuhan, maka keinginan jiwa akan semakin selaras dengan keinginan roh.

Jiwa perlu menemukan makna hidupnya di dalam Pribadi Tuhan dan di dalam hubungan persekutuannya dengan Tuhan,
Hanya dengan begitulah maka keinginan jiwa bisa terpuaskan,
Yaitu rasa bahagia dan 'makna diri' sesuai keinginan Tuhan, bukan lainnya.

Mendisiplinkan tubuh juga penting, yaitu mengatur dan membiasakan tubuh untuk menyangkali keinginan dasar demi mendahulukan kehendakNya.
Tubuh bisa dilatih seiring berjalannya sehingga membentuk kebiasaan.
Olahragawan mendisiplinkan tubuh agar kuat, lalu mengapa rohaniwan tidak dapat mendisiplinkan tubuh untuk ibadah?

Ketika roh, jiwa dan tubuh selaras dengan Roh Kudus, itulah manusia rohani.

Mzm 104:1
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak


Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...