Selasa, 19 April 2016

Pertumbuhan Rohani



Pernah saya bertanya-tanya mengapa ada hamba Tuhan tertentu yang begitu berotoritas dalam ucapannya sehingga apa yang dikatakannya terjadi, tetapi ada hamba Tuhan lain yang tidak sampai demikian.
Saya juga bertanya-tanya mengapa ada kalanya doa orang percaya begitu mudah dijawab tetapi ada juga kalanya doa tidak dikabulkan sekalipun ia sudah meminta dengan iman (sengaja saya italics).

Tuhan tidak mungkin berubah, Ia selalu konsisten. Lalu apa yang menjadikan pengalaman orang beda-beda?
Saya meyakini pertumbuhan rohani seseorang mempengaruhi bagaimana Tuhan memperlakukan mereka.

Kita sama-sama tahu bahwa semua orang Kristen harus bertumbuh kerohaniannya:
Mulai dari bayi sampai dewasa, mulai dari minum susu sampai mencerna makanan keras.

Apa sajakah tahap pertumbuhan rohani seseorang?
Berikut saya coba menawarkan sudut pandang saya.



1. Bayi rohani (teknia)

Semua orang yang lahir baru adalah bayi rohani.  
Semua bayi ini menyandang status dan kuasa sebagai anak-anak Allah. Roh Kudus bersaksi dalam diri mereka sehingga mereka memanggil Allah dengan sebutan Abba.

Yoh 1:12
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak (teknon) Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;


Abba adalah sebutan sehari-hari dalam budaya Yahudi.
Bagaimana Anda menyebut ayahmu dalam hidup sehari-hari, demikianlah Allah ingin dipanggil. Allah ingin sedekat itu memiliki hubungan dengan kita.

Ada orang yang sehari-hari memanggil Allah dengan sebutan 'Pah.'
Ya silakan saja sepanjang orang ini merasa nyaman menyebut seperti itu. Itulah pengalaman pribadi orang yang berbeda-beda.
Yang pasti, Abba adalah sebutan sehari-hari, bukan sebutan protokoler.

Sebagaimana semua bayi di belahan bumi manapun, bayi diperlakukan istimewa karena bayi belum bisa apa-apa meski banyak kebutuhannya.

Bayi dijaga sedemikian rupa agar nyaman, hangat, terlindung, merasa disayang dan kebutuhannya terpenuhi.
Bayi tidak perlu meronta-ronta, meraung-raung atau memukul-mukul meja. Ia cukup menangis saja sekali atau cukup batuk sekali atau bahkan cukup naikkan suara sekali saja, orang tua langsung cekatan menanggapi memenuhi keinginannya.

Orang percaya yang ada pada tahap bayi rohani mendapat kasih karunia berlimpah ruah. 
Membaca Alkitab mudah mengertinya, mudah mengingatnya, doa minta kebutuhan mudah terjawabnya, keberuntungan tampak mengikuti, mood dijaga sehingga selalu semangat bersama Tuhan.

Masalah akan muncul ketika usia-kronologis seseorang sudah bukan bayi rohani, tetapi usia-mentalnya masih bayi rohani.

Jika seseorang masih bermentalitas 'mau dipenuhi segala kebutuhannya tanpa mau mengeluarkan usaha keras, tanpa merasa perlu terlebih dahulu mencari tau kehendak Allah' padahal usianya seharusnya bukan lagi bayi rohani, maka orang itu akan menyadari tidak semua keinginannya terkabulkan.

Tuhan memperlakukan orang sesuai usia dia seharusnya.
Orang percaya harus bertumbuh.  


2. Pelayan (huperetes)

Saat anak-anak mulai menginjak usia remaja, maka mereka bisa jadi masuk dalam kategori 'pelayan'.

Tuhan Yesus menjelaskan sebagai berikut:

Yoh 10:12
sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.

Orang upahan adalah mereka yang rindu melayani dan sudah melayani (tidak harus pelayanan Gereja) tetapi motivasinya untuk melayani masih bersifat transaksional.

Mentalitasnya adalah:
Apa yang saya berikan kepada Tuhan 'seharusnya' berbanding lurus dengan apa yang saya terima dari Tuhan.

Jangan salah ya, mentalitas Pelayan ini tidak sepenuhnya jelek
Mentalitas ini normal bagi mereka yang baru beranjak dari kanak-kanak.
Ketika seseorang berada dalam tahap ini, Tuhan akan berurusan dengannya secara transaksional.

Tuhan kita pandai sekali bertransaksi.
Ia berikan janji-janji. Ia tunjukkan apa yang hendak Ia berikan dan kemudian Ia meminta kita juga memberikan sesuatu.

Kita pun melakukan yang sama, menjanjikan anak kita hadiah jika ia beroleh ranking yang baik di sekolah. Anak kita lalu berusaha mencapai ranking karena ingin mendapat hadiah.
Normal, bukan? 

Mereka yang dalam tahap ini masih suka klaim sini klaim sana, minta janji ini janji itu dan di sisi lain juga berusaha sebaik-baiknya melayani Tuhan. 

Nah, jika seseorang sudah berusaha sedemikian rupa tetapi kok rasanya ganjaran yang ia terima belum sesuai harapannya, maka berhentilah protes dan bertanya-tanya, mungkin sudah waktunya ia 'naik kelas' ke tahap perkembangan berikutnya.  


3. Hamba (doulos)

Semua orang percaya akan mengalami tahap ini.
Ini namanya tahap 'pelepasan hak'.

Anda punya hak sebagai 'anak' tapi hak ini Anda lepas demi mengikuti apa yang Bapak Anda kehendaki tanpa syarat.

Mereka yang ada pada tahap ini menjalani hidup tidak ubahnya seperti budak atau orang tahanan terhadap tuannya, yaitu taat tanpa banyak protes.

Mengapa semua orang percaya akan ada pada tahap ini?
Karena Tuhan Yesus menjalani tahap ini.


Ia yang adalah FIRMAN ALLAH, lahir sebagai ANAK ALLAH, kemudian menjadi tugas sebagai HAMBA ALLAH yang taat hingga mati di kayu salib.
Dalam ke-hamba-anNya, Ia melepaskan segala hakNya.

Iblis selalu mencobai Dia dengan berkata: 'Jikalau Engkau Anak Allah, maka...'
Maksudnya Iblis adalah: 'Kamu kan Anak Allah, klaim hakMu donkkkk, lakukanlah...'

Tuhan Yesus membalas dengan mengatakan bahwa Ia adalah Hamba.

Mereka yang ada dalam tahap ini menyadari dan telah siap menerima bahwa apa yang mereka inginkan tunduk pada apa yang Bapa inginkan.

Kalau mereka klaim sesuatu, maka mereka klaim apa yang sudah mereka yakini merupakan kehendak dinamis Bapa.
Mereka tidak bertindak atas pemikiran mereka sendiri melainkan pemikiran Allah.

Mereka sadar akan ayat ini:

Yes 55:8-9
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu


Ketika seseorang sudah mencapai tahap perhambaan, maka Tuhan akan perlakukan dia demikian.
Tiba-tiba kelimpahan kasih karunia terasa seperti ditarik. Doa harus usaha, baca firman harus usaha, mood harus dikendalikan, apa yang diinginkan tidak mudah dikabulkan, klaim firman rasanya kok berat, Tuhan mulai memberi batasan-batasan akan apa yang Ia sukai dan apa yang tidak Ia sukai (bukan hanya batasan normatif dosa, melainkan kesukaan Allah) dan seterusnya.

Luk 17:7-10
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."


Saat tiba waktunya, maka dia akan masuk tahap yang lebih strategis.


4. Sahabat

Sahabat itu sama saja seperti Hamba.
Jangan salah.
Seorang yang sudah melewati tahap perhambaan akan mengembangkan sikap dependensi pada Tuhan sepenuhnya.

Sahabat juga sama, dependen juga pada Tuhan.

Bedanya, seorang sahabat diberitahukan rahasia-rahasia, hal-hal yang tidak sembarang diberitakan, bahkan hal-hal yang harus tetap disimpan sampai waktunya diungkapkan.

Kepada mereka ini Tuhan memberitahukan rencanaNya, jalan-jalanNya dan mengapa Ia bertindak demikian. Sahabat mulai memahami isi hati Tuhan, bukan hanya logikaNya.

Yoh 15:14-15
Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.


Seorang sahabat dapat menjaga rahasia. Tidak semua hal yang Tuhan ungkapkan itu harus diberitakan saat itu juga. 

Saat Allah memberitahu Abraham bahwa Ia hendak menghakimi Sodom-Gomora, Abraham tidak langsung naik kuda ke Sodom-Gomora untuk membawa Lot keluar. Abraham tunduk pada pengaturan Tuhan.

Sahabat itu hamba yang mengetahui jalan pikiran dan isi hati Tuhan.
Jadi mereka yang merupakan sahabat Allah tetap memelihara mentalitas ketaatan pada Tuhan.


5. Pewaris (huios)

Nahhhh, inilah yang kita suka.
Kita suka jadi Pewaris, kita suka gagasannya, kita suka fasilitasnya, kita suka kewenangannya.

Gagasan soal pewaris di kepala (mungkin mayoritas) orang Kristen adalah:
'Berkuasa menjadikan di bumi apa saja yang ia pikirkan dan kehendaki di dalam nama Yesus Kristus'

Dengan kata lain, menggunakan alat 'nama Yesus Kristus' manusia ingin punya kemampuan menjadikan/menciptakan apa saja yang ia kehendaki dan butuhkan.

Well, sayangnya seseorang tidak mencapai tahap Pewaris jika ia belum lewat tahap Hamba.

Bapa kita bukan Bapak gampangan yang gampang-gampang saja memperlakukan anak-anakNya.

Mereka yang gaya hidupnya bergantung pada Tuhan, yang menyadari bahwa pikirannya bukan pikiran Tuhan, yang terbiasa taat, yang memahami rencana dan isi hati Tuhan, mereka itulah yang dipercayakan kuasa Kerajaan Sorga. Merekalah pewarisnya yang berhak menggunakan harta benda Bapa.

Pewaris adalah anak-anak yang sudah dewasa. Karena sudah dewasa, maka mereka diberi kewenangan, kewenangan itu mengandung kuasa.

Orang-orang yang sudah tahap pewaris ini berhak bicara mewakili Tuhan dan apa yang dikatakannya akan terjadi.
Jika mereka memperkatakan kesembuhan di dalam nama Yesus Kristus, maka kesembuhan terjadi.

Rm 8 : 14
Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak (huios) Allah.


Jika Anda lahir baru, maka Anda teknia,
Tapi jika Anda sudah dipimpin Roh Kudus, maka Anda huios.

Mereka yang ada di tahap huios ini memiliki kemiripan sifat, isi hati dan jalan pikiran dengan Bapa.

Allah dapat dikenali melalui mereka.

Supaya jangan sampai terjadi:

Mat 7:23
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

Para pewaris ini sudah dapat disebut sebagai Bapa rohani.

-----

Ketika seorang anak dilahirkan, maka ia dipelihara dan dijaga orang tuanya.
Ketika beranjak menuju usia dewasa, maka anak ini dijaga oleh hamba tuannya untuk belajar segala sesuatunya. Dalam pembelajarannya, maka anak ini harus mengerjakan langsung segala yang dapat dilakukan ayahnya dan taat pada aturan yang berlaku pada semua hamba-hamba.
Jika ia sudah melalui semua proses itu, maka ayahnya akan mengumumkan di depan semua hamba-hambanya bahwa anak itu adalah pewarisnya yang sah, yang kekuasaannya di atas segala hamba-hambanya dan yang bebas menggunakan harta ayahnya.

Itulah yang dialami Tuhan Yesus.
Pada saat Tuhan Yesus menyelesaikan segala tugasNya sebagai hamba, maka Ia diangkat menjadi Tuhan dan Kristus, Ia diberikan nama di atas segala nama, Ia diberikan segala kuasa di sorga dan bumi.

Sekalipun awalnya Ia adalah Allah, tetapi Ia harus membuktikan kehambaanNya sebagai teladan bagi kita.
Apakah kita lebih dari Kristus? 

Semakin lama seseorang mengenal Tuhan, semakin ia bergantung kepadaNya yaitu kepada pikiranNya, jalan-jalanNya dan isi hatiNya.

Tahap awal pertumbuhan rohani adalah seputar 'saya', rasa-rasanya Tuhan sangat memperhatikan saya,
Tahap berikutnya adalah seputar Dia, apa sih yang Dia inginkan dan bagaimana sih cara mencapai sesuai jalanNya, 
Tahap kematangan adalah seputar kami, yaitu Tuhan dan manusia sebagai rekan pekerja.

Seorang hamba Tuhan bernama Rick Joyner pernah menulis dalam bukunya:
Ketika seorang baru percaya, ia mengenal Tuhan seperti Anak Domba,
Ketika seorang beranjak menuju kedewasaan, ia mengenal Tuhan seperti Singa dari Yehuda,
Ketika seorang dewasa, ia mengenal Tuhan seperti Anak Domba sekaligus Singa dari Yehuda.

     




Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...