Senin, 06 Agustus 2018

Disease or Sin? On Homosexualism


Mat 19:12
Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." 

Saya tidak membahas semua dari ayat tersebut, saya hanya ingin mencatat bagian:
...dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga...

Belakangan ini kita mendengar dan terekspose pada banyak informasi terkait LGBT (Lesbianism, Gay, Bixesual, Transgender) plus ada lagi Q (Queer), nanti ditambah lagi I (Intersex) dan kelak akan ada tambahan-tambahan lainnya. Dalam kesempatan ini izinkan saya membatasi hanya membahas homosexualism, yaitu lesbianism dan gay (termasuk di dalamnya bisexualism).

Persepsi umum orang Kristen terhadap homoseksualitas adalah dosa. 
Persepsi umum mengganggap ketertarikan seksual pada sesama jenis adalah dosa, demikian juga hubungan seksual dengan sesama jenis adalah dosa. Kedua-duanya adalah dosa yang sama dan setara.

Dahulu saya juga menganggap demikian. Sekarang saya membedakan keduanya.

Saya pernah bertemu dan ngobrol dengan seorang Kristen, dia menjadi pengurus youth di gerejanya. Dia punya ketertarikan pada sesama jenis (dan mungkin juga sudah pernah berhubungan seks dengan sesama jenis saya tidak bisa memastikannya). 
Puji Tuhan, dia sadar akan kondisinya dan ingin berubah. Dia tidak ingin lagi punya ketertarikan seksual pada sesama jenis, dia ingin tertarik secara seksual pada lawan jenis. Ia ingin hidup normal. Ia sudah ikut beragam KKR, ikut kesembuhan ilahi, ikut retret, doa setiap hari, doa pelepasan dan sebagainya namun hingga detik ia bicara pada saya ia tetap tidak tertarik secara seksual pada lawan jenis dan masih tertarik secara seksual pada sesama jenis.

Kisah itu mengubah pandangan saya. Saya yakin di luar sana dia tidak sendiri. Ada orang-orang yang ingin sekali berubah dari orientasi seksual sesama jenis ke orientasi seksual lawan jenis. Mereka coba terapi, coba doa, coba kawin dengan lawan jenis, coba banyak hal namun tidak bisa senormal orang-orang lainnya. Salah satunya ya orang yang ngobrol dengan saya, yang berpaling kepada Tuhan minta pemulihan namun ia belum mendapatkannya.

Kemudian saya teringat ayat di atas.
...dan ada orang yang membuat dirinya demikian (tidak kawin) karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga...

Begini teman-teman,
Saya tidak ingin membahas dari mana homoseksualitas bermula, apakah masalah hormon, apakah pelecehan, apakah trauma, apakah modeling atau apapun. Saya hanya membahas orang-orang yang sudah memiliki ketertarikan seksual pada sesama jenis.

Pemikiran praktis dari saya adalah,
Bagi mereka yang datang kepada kita dengan masalah ketertarikan seksual pada sesama jenis, maka kita doakan pelepasan kepada mereka. Saya punya keyakinan roh jahat dan kuasa gelap mengikat orang-orang ini.
Kita usir kuasa gelapnya, kita doakan pengampunan (juga jika ia sudah melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis), kita doakan agar mereka tidak lagi punya ketertarikan seksual dengan sesama jenis melainkan dengan lawan jenis dan bisa hidup normal.

Apabila kita sudah doakan demikian dan secara faktual ia tetap tertarik secara seksual dengan sesama jenis, tidak dengan lawan jenis, kita posisikan dia sebagai seorang yang menderita sakit penyakit, kita dorong untuk dia terus berdoa minta kesembuhan sambil kita ingatkan agar ia tidak melakukan hubungan seksual sesama jenis.

Permasalahan yang saya lihat, orang Kristen secara umum mempersepsikan ketertarikan seksual seseorang pada sesama jenis sebagai dosa. Karena ini dipandang sebagai dosa, maka ini menimbulkan tekanan rasa bersalah pada orang-orang yang mengalaminya sekalipun mereka tidak lagi melakukan hubungan seksual sesama jenis.

Tekanan rasa bersalah membuat hidup mereka berat, terus merasa rendah diri, mendakwa diri mereka sendiri, tidak damai sejahtera seolah tidak ada harapan dan merasa terhukum di hadapan Tuhan. Segala hal ini membuat mereka tidak punya cukup kekuatan untuk berbuah. Lama-kelamaan dalam situasi ini, mereka akan lari ke aktivitas yang paling bisa melegakan mereka. Tebak apa? Tentu saja hubungan seksual sesama jenis.

Coba saya cek, jika ada seseorang menderita diabetes dan ia sudah minta kesembuhan pada Tuhan, mungkin juga sudah didoakan pelepasan dari kuasa gelap dan sesudah berdoa ia belum sembuh dari diabetesnya, apakah kita menganggap kondisi diabetesnya sebagai dosa?

Tentunya tidak.
Diabetesnya adalah penyakit, diaturlah dietnya sambil terus berdoa. Jika ia sudah tau diabetes namun tetap melawan dietnya, itu barulah tindakan dosa.

Jika seorang dengan orientasi seksual sejenis sudah minta ampun, maka Tuhan ampuni;
Jika ia doa pelepasan maka ia sudah dilepaskan; 
Apabila ia tetap punya tendensi orientasi seksual sejenis, apakah ia masih berdosa?
No, itu penyakit. Diaturlah pergaulannya, diaturlah aktivitasnya, dikendalikanlah pandangannya, tapi jangan disebut dosa.
Barulah dosa jika ia bandel dan melakukan hubungan seksual sejenis.

Tidak semua penyakit disembuhkan seketika oleh Tuhan,
Tidak semua penyakit dinormalkan seketika oleh Tuhan.

Misalnya orang yang kena narkoba.
Narkotika merusak saraf-sarafnya.
Ketika bertobat, ia dibersihkan dari narkoba, ia minta ampun, didoakan pelepasan sehingga ia bersih dan kudus.
Namun apakah ia seketika normal? Belum tentu, tergantung keparahan penyalahgunaan narkobanya.
Cara bicaranya belum tentu normal, bisa jadi lebih lamban, pola pikirnya belum tentu normal, bisa jadi tidak secerdas dulu, kebiasaannya belum tentu normal, kurang bisa tidur. Kita tidak bisa memaksakan dan mengharapkan dalam satu malam Tuhan ubah dia normal sebagaimana orang yang belum pernah menyentuh narkoba.
Ketidaknormalan tersebut bukan dosa.

Bukankah dunia medis mengajar kita banyak hal?
Seorang yang kecelakaan karena mabuk, tangannya patah beberapa tempat. Ia bertobat, tidak minum lagi, dilepaskan dari kuasa jahat, namun apakah tangannya yang pernah patah bisa normal sebagaimana sedia kala? Belum tentu.

Saya berusaha membedakan antara hubungan seksual sesama jenis yang adalah perbuatan dosa, dengan orientasi seksual sesama jenis yang adalah penyakit (bagi mereka yang sudah minta pengampunan dan pelepasan).

Kita tetap doakan kesembuhan bagi mereka agar bisa normal, tapi jikapun Tuhan memilih untuk memberikan takaran kasih karunia yang berbeda bagi mereka dan mereka tetap dalam keadaannya tersebut, jangan kita menimbulkan tambahan tekanan dan rasa bersalah bagi mereka.
Jika mereka belum dinormalkan Tuhan, biarlah mereka berbuah di area lainnya sambil menjaga hidup mereka agar tidak jatuh dalam dosa.

Jika mereka tidak dapat kawin dengan lawan jenis (karena belum sembuh dari ketertarikan seksual dengan sesama jenis), baiklah mereka tidak kawin karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.

Tuhan Yesus memberkati.


Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...