Senin, 07 Agustus 2017

Penyembah Yang Benar Pastilah...




Yoh 4:20-24
Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 

Ada 2 makna yang hendak saya bahas atas nas ini.

Pertama, 
Apakah yang dimaksud dengan '...dalam roh dan kebenaran'?

Untuk membahas ini, kita bisa mengambil sudut pandang antonim alias lawan kata.

Latar belakang kisah ini, 

Yesus Kristus sedang bicara dengan seorang perempuan Samaria tentang doa.
Perempuan ini kemudian membandingkan antara menyembah Allah di gunung vs menyembah Allah di Yerusalem.

Perempuan Samaria itu mempunyai paradigma bahwa menyembah Allah wajib dilakukan memenuhi syarat-syarat spesifik seperti lokasi fisik, urutan protokoler, persembahan yang harus dibawa beserta aturan-aturan lain yang lazim berlaku pada masa tersebut.


Di zaman itu, ketika khalayak hendak beribadah entahkah ke gunung atau ke Bait Suci Yerusalem, mereka wajib memenuhi serangkaian syarat dan ritual.

Seluruh aktivitas ritual dilakukan sepihak oleh manusia agar Allah melihat dari sorga dan berkenan kepada mereka.

Tuhan berkata:
Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal...

Dalam perkataan itu, Tuhan mengoreksi paradigma ibadah yang terdiri dari ritual-ritual dan syarat-syarat harafiah/jasmaniah namun tidak benar-benar mengandung dinamika dengan Allah.

Orang Yahudi/Samaria menyembah Allah berdasarkan apa yang mereka pelajari dari teks, berdasarkan kebiasaan, berdasarkan apa yang mereka pikir akan diterima Allah.
Segala aktivitas itu berjalan sepihak, dari manusia kepada Allah, tidak ada interaksinya, tidak ada dinamikanya sehingga memperkecil kemungkinan seseorang dapat mengenal Allah dalam level personal.

Dengan kata lain, seluruh umat awam Yahudi memiliki tingkat pengetahuan dan pengenalan akan Allah yang kira-kira sama jika mereka semua semata melakukan ritual yang sama.


Sekalipun orang Samaria menyembah Allah di gunung sebagaimana tradisi ratusan tahun dan sekalipun orang Yahudi menyembah Allah di Yerusalem sebagaimana perintah Taurat, namun mereka tidak benar-benar berhasil mengenal Allah.

Yang berhasil mengenal Allah hanya segelintir orang yang diurapi Allah sebagai Raja, Imam, Hakim-hakim atau Nabi.

Secara antonim, lawan kata dari spirit adalah flesh/daging.

Jika disambungkan dengan konteks, maka menyembah dalam roh dan kebenaran bukanlah menyembah menurut ukuran-ukuran atau syarat-syarat lahiriah yang pada hakekatnya berjalan sepihak dan tidak memberikan dinamika hubungan interaktif dengan Allah yang spiritual. 

Spiritualitas itu tidak ada batasannya, tidak ada rumusannya, tidak seperti daging yang statis. 
Jadi menyembah dalam roh dan kebenaran artinya berinteraksi dengan Allah secara dinamis.

Pintu itu terbuka, Bung!

Mungkin ada orang berkata,
'Hei, Gereja kami sudah mengatur liturgi doa, pujian, penyembahan. Inilah model yang Allah sukai, yang sudah berjalan dari abad-ke-abad, warisan turun-temurun, Allah sudah pasti berkenan jika kita menjalankan tepat sebagaimana yang tertulis.'

Hei jugaaaa,
Tuhan Yesus berkata:
...bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.

Tuhan Yesus sedang membahas ritual penyembahan multi-lapis yang diatur di Taurat,
Tuhan Yesus sedang membahas rangkaian hari-hari raya di Yerusalem yang Tuhan tetapkan sendiri,
Tuhan Yesus sedang membahas tulisan-tulisan yang Allah sendiri sampaikan kepada Musa,
Lalu Tuhan Yesus berkata:
'Bukan, bukan itu lagi. Tidak seperti itu lagi. Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang yang baru dan berbeda. Yang dulu itu dilakukan ribuan tahun dan kamu tetap menyembah apa yang tidak kamu kenal.'

You see, segala sesuatu yang statis (sekalipun pada masa lalu otentik berasal dari Tuhan sendiri) sudah out-dated, sudah kuno, sudah berlalu jika ritual tersebut tidak membawa seseorang mengenal Allah sampai level personal.

Spirit (roh) itu tidak memiliki bentuk, tidak ada rumusnya, tidak ada metode bakunya, namun nyata impact-nya.

Hal ini membawa kita melangkah lebih lanjut pada bagian kedua.

********

Kedua, 
Apa maksudnya penyembah-penyembah yang benar?

Saya amazed dengan pemilihan kata yang Tuhan lakukan:

Bapa mencari penyembah yang benar, bukan mencari 'penyembahan yang benar'.


Kapan-kapan ketika orang bertanya mengenai nas ini, maka yang mereka tanya adalah:

'Apa dan bagaimana sih penyembahan yang benar itu?'
'Gimana sih caranya menyembah yang bikin Tuhan senang?'
'Apa ya kiatnya agar penyembahan kita berkenan dan diterima Tuhan?'

Penyembahan itu fokus pada rumus, metode, lokasi, cara, benda, barang sampai rangkaian aktivitas.

Yang ada di pikiran penanya adalah:
'Ketika saya sedang melakukan aktivitas penyembahan, apa yang harus saya lakukan agar penyembahan saya diterima dan berkenan kepada Tuhan?'


Jawabannya jelas: Kamu kudu begini-begini saat sedang nyanyi, ucapkan dahulu ini-ini ketika memulai doa, hatimu harus seperti ini-ini sebelum mulai aktivitas, posisi tubuh usahakan begini. pilih lokasi yang begini-begini supaya konsen, dan lain setaranya.

Jangan salah, Tuhan Yesus juga memberi rumus.
Rumus Tuhan:
...penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran

Anda mau menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran?
Anda mau mengenal Bapa secara dinamis interaktif?


Rumus Tuhan:
Jadilah penyembah yang benar, maka Anda otomatis menyembahNya dengan benar.

Jika Anda adalah penyembah yang benar, maka apapun yang Anda lakukan pastilah menjadi penyembahan yang benar. Apapun itu.
Anda bekerja adalah menyembah, Anda duduk adalah menyembah, Anda diam adalah menyembah, Anda bicara dengan kawan juga menyembah, Anda tidur pun menyembah, apapun yang Anda lakukan adalah menyembah jika Anda adalah penyembah yang benar.

Penyembahan yang benar bukan lagu, bukan suara, bukan nyanyian, bukan doa, bukan sorak-sorai, bukan saat di gedung gereja, bukan pada saat teduh saja, tapi segala hal yang Anda lakukan adalah penyembahan yang benar jika Anda adalah penyembah yang benar.

Fokuslah menjadi penyembah yang benar, bukan (sesekali saat tertentu) memberikan penyembahan yang benar.

Menjadi penyembah yang benar berfokus pada hubungan interpersonal, pada proximity (kedekatan) dan konsistensi.

Yes, itulah yang sulit. Saya pun mengalami bahwa itu sangat sulit.

Konsistensi.

Saya juga maunya sesekali memberikan penyembahan yang intim, yang intens, yang dalam, yang memuaskan,

Tapi sesekali memberi penyembahan tidak menjadikan seorang penyembah yang benar.

Penyembah itu konsisten, tekun, terus-menerus dalam roh dan kebenaran.
Artinya, konsisten, tekun, terus-menerus membangun hubungan interaktif yang dinamis dengan Tuhan secara personal. Di dalamnya termasuk konsisten, tekun, terus-menerus hidup benar.

Ya, setiap waktu, setiap teringat oleh kita maka kita berbicara kepada Tuhan, bicarakanlah tentang apapun juga, jangan menahan diri, jangan memisah-misahkan mana topik untuk Tuhan mana topik yg Tuhan tidak suka. Bicara saja kepada Tuhan.
Lambat-laun kita akan mulai (secara tidak sadar) berbicara dengan Tuhan. Tidak selalu audible tentunya, tapi roh kita bisa menangkap sinyal-sinyal dari Tuhan, suatu dorongan halus di hati kita yang mengarahkan kita melakukan apa yang Tuhan mau. Itulah penyembahan yang benar

Penyembahan yang benar adalah melakukan kehendak Tuhan. 
Ketika seorang melakukan keinginan Tuhan, itulah penyembahan. 
Ketika seorang konsisten melakukan keinginan Tuhan, dialah Penyembah yang benar.

Maka termasuk di dalam definisi penyembah yang benar adalah seorang yang konsisten berusaha berbuat sesuai keinginan Tuhan.

Mohon maaf kepada para penganut 'extreme-grace', 
Anda mungkin tidak suka membaca kata-kata 'berusaha hidup benar', 
Anda mungkin lebih suka kalimat 'hidup normal saja, nanti Tuhan yang otomatis membuatmu hidup benar'. 
Anda mungkin paranoid kalimat 'berusaha' identik dengan orang meragukan keselamatannya.
Di artikel ini saya terpaksa menggunakan kalimat 'berusaha hidup benar'.

Lakukanlah perbuatan baik dan benar yang Anda bisa lakukan, Tuhan menghargai dan menyukai itu.
Lakukan bukan karena Anda mengejar keselamatan, keselamatan itu sudah milik Anda.
Lakukan karena Anda ingin lebih mengenal Dia, Anda ingin lebih menyelami jalan-jalanNya, Anda ingin lebih menggali hatiNya, Anda ingin terlibat dalam rencanaNya.

Jika Anda menyukai seseorang dan Anda berusaha melakukan apa yang ia lakukan, maka Anda akan mulai mengenal sisi orang itu yang tidak ia tampilkan sembarangan.  
Kita bisa saja mengenal Tuhan secara umum, namun jika Anda mulai berusaha melakukan apa yang Ia inginkan, melakukan apa yang baik dan benar sambil berinteraksi dengan Dia, maka Anda akan mulai mengenal Dia lebih mendalam.

Penyembah yang benar bukan soal rumus atau metode,
Menjadi penyembah yang benar adalah soal hubungan dan upaya konsisten kepada Dia dan bersama Dia.

Kembali pada judul,
Penyembah yang benar pastilah menyembah Dia dengan benar dalam apapun yang dilakukannya.

Tuhan Yesus memberkati.






Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...