Jumat, 24 Maret 2017

God of 21st Century





2 Tim 3:5
Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!

Saya pernah bekerja di bidang rekrutmen.
Salah satu tugas saya adalah menginterpretasi hasil psikotes mengenai inteligensi, cara kerja dan kepribadian seseorang untuk menggambarkan bagaimana ia menghadapi pekerjaannya.


Seringkali dalam menganalisa itu saya stuck, blank, tidak paham bagaimana menggambarkan interaksinya, saya mentok dan tidak bisa move on.


Dalam pengalaman saya selama ini, ketika saya mentok dan berdiam diri tiba-tiba inspirasi timbul di pikiran saya. Dalam sekejab saya bisa menghubungkan berbagai faktor dan akhirnya menyelesaikan report.


Begini teman-teman,
Alat tes psikologi (psikotes) itu diciptakan oleh manusia dan diajarkan oleh psikolog.

Psikologi adalah ilmu empiris yang cenderung mengambil jarak dari hal-hal rohaniah.
Psikologi berada dalam rel yang berbeda dengan agama.
Psikologi tidak memastikan keberadaan Tuhan dan bersikap skeptis terhadap fenomena rohani.

Di pikiran saya, Tuhan (harusnya) tidak (mau) berurusan dengan psikologi  
Psikologi dan segala di dalamnya adalah ranah manusia.
Psikotes itu ciptaan manusia, diajarkan oleh manusia, diyakini oleh manusia, Tuhan tidak (akan) campur-campur di dalamnya.

Bagi saya, pekerjaan menganalisa psikotes adalah urusan saya.  
Jika saya mengalami kesulitan, itu masalah saya sendiri. 
Ketika saya mendapat inspirasi, itu adalah kemampuan saya sendiri; jika saya gagal, itu salah saya sendiri.

Campur tangan Tuhan sebatas Ia memberkati saya agar saya punya daya analisa yang baik, bagaimana saya menghadapi pekerjaan adalah urusan saya. 
Itulah pemikiran saya.
   
Nah, suatu kali ketika saya sedang komsel dengan teman-teman, sambil mendengar sharing orang lain, tiba-tiba saya mengerti bahwa saya mampu menyelesaikan analisa-analisa psikotes yang sukar karena Tuhan.


Saya lalu diingatkan saat-saat ketika saya mentok, berdiam diri, lalu tiba-tiba inspirasi datang. Inspirasi itu datang berupa suara di pikiran saya yang menunjukkan kepada saya bagaimana hubungan antara aspek ini dengan aspek itu.

Ketika inspirasi itu datang, seolah seorang psikolog senior sedang mengajar saya bagaimana membaca psikotes dan menemukan dinamika kepribadian seseorang.

Itu saya baru menyadarinya.
Saya pikir itu saya, ternyata itu Tuhan.
Roh Kudus bicara di pikiran saya bagaimana mengartikan psikotes.

Ternyata Tuhan paham psikologi, Tuhan paham psikotes dan Tuhan (mau) mengajar saya bagaimana menyelesaikan laporan psikotes.

*********************



Begini lhooo...
Mungkin beberapa orang ketika ditanya soal Tuhan, mereka akan berkata bahwa Tuhan maha hadir, maha bisa dan maha peduli;

Namun dalam kenyataan, mereka di dalam benaknya memisahkan/membatasi keterlibatan Tuhan dalam hidup kesehariannya.


Misalnya, 
Kalau urusan mengubah hati orang yang sudah keras, itu doakan ke Tuhan.
Kalau hatinya belum keras, itu urusan kita, ngga perlu doa dulu. Jangan repotkan Tuhan.

Kalau minta jodoh ketika usia sudah mendekati senja, itu sudah urusan Tuhan.
Kalau usia belum senja, itu urusan kita, Tuhan ngga pusing soal begituan.

Kalau urusan pelayanan di gereja, itu bidangnya Tuhan.
Kalau urusan pekerjaan sekuler, itu bidang kita, Tuhan jangan ditanya, Dia tidak bisa jawab urusan teknis begitu.

Kalau urusan minta kesembuhan untuk penyakit akut, itu spesialisasinya Tuhan.
Kalau belum akut, itu masalah buat dokter. Masa Tuhan kita bawa-bawa untuk masuk angin?

Paradigma lama kita adalah:
Kita doa agar Tuhan berkati segala aspek hidup saya dan melancarkan urusan saya, soal bagaimana kita mengerjakannya, bagaimana kita menjalankan sehari-hari, itu masalah saya, Tuhan nggak (akan) melibatkan diri.

Orang yang paradigmanya seperti itu meminggirkan Tuhan dari keseharian hidup.
Tuhan itu seolah jauh tinggi di atas sana, berkatnya tidak spesifik dan yang Tuhan (mau) urus hanya masalah rohani dan kasus berat. 

Secara tidak sadar,

Kita memperlakukan Tuhan sebagai sosok masa lalu.

Kita nggak membayangkan Tuhan sebagai sosok yang relevan untuk masa kini.


Kita baca Alkitab yang berisi kisah-kisah masa lalu,

Orang masa lalu itu ya kegiatannya seputar cocok tanam, berternak, berperang, urus keluarga, ibadah, belajar agama.

Nah kita mikirnya Tuhan ngertinya ya hal-hal itu.


Mungkin kita ngga menyangka bahwa Tuhan paham segala hal yang kita kerjakan saat ini dan Tuhan ingin terlibat dalam apapun yang kita alami.


Misalnya saya, 
Saya tidak sadar Tuhan mengerti bagaimana caranya membaca psikotes.
Saya bahkan mengira Tuhan tidak mau mengurusi remeh-temen pekerjaan saya membaca psikotes.
Jika saya doakan orang sakit, itu baru Tuhan interested. 


Misalnya orang IT, 
Terpikir gak sih kalau Tuhan tau coding? 
Tuhan tau gimana merancang workflow yang paling efisien dan efektif untuk suatu business process?

Terpikirkah bagi kita jika kita tanya kepada Tuhan, maka Ia akan memberi tau?
Atau kita pikir Ia hanya akan bicara tentang nubuat bagi bangsa-negara dan tidak mau pusing soal business process perusahaan klien kita?

Well,

Tuhan maha tau dan maha bisa, 
Ia pun tau segala hal teknis yang kita kerjakan, hanya saja kita tidak berinteraksi dengan Dia untuk hal-hal tersebut karena kita menyangka Ia tidak mau tau.

Seiring berjalannya waktu, saya semakin sadar bahwa Dia telah banyak membantu saya membuat skema, membuat sistem, menemukan solusi, ide-ide pengembangan baru yang tadinya tidak terpikirkan oleh saya.

Ketika saya mentok dan saya berdiam, inspirasi datang. Tuhan langsung mengajar saya technically untuk perkara-perkara sekuler.

Semua yang Ia berikan bersifat original, bukan tiruan karya orang.
Semua yang ia berikan bisa diterapkan dan jadi inovasi di tempat kerja saya.


Itulah tema sharing ini, Ia adalah Tuhan Abad 21, God of 21st Century,
Bukan Tuhan masa lalu, bukan Tuhan yang jauh.


Jangan membayangkan Tuhan model jaman dulu,
Jangan batasi Tuhan hanya untuk aspek tertentu aja.

Dia ingin dan bisa terlibat dalam segala hal yang kita kerjakan saat ini.


Ams 3:6

Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.


Mari kita bayangkan bagaimana agama seberang mengenal Tuhan.

Di agama seberang, Tuhan berpakaian ala zaman kuno, penampilannya juga zaman kuno.

Penganutnya punya paradigma: Saya kerjakan apa yang bisa saya kerjakan dengan modal yang saya punya, dengan segala keterbatasan saya, kemudian saya doa aja minta Tuhan berkati.


Mereka relijius, tekun ibadah namun dalam kesehariannya bertindak sesuai pemikirannya sendiri.

Saat ada masalah berat mereka barulah doa abis-abisan.

Itulah pola hidup agama sebelah.


Tuhan tidak demikian dan tidak mau dianggap demikian.

Dia mau terlibat dalam segala apa yang kita kerjakan, termasuk yang kekinian.


Ketika kamu kerjakan sesuatu, doa saja, interaksi saja dengan Dia.

Awalnya mungkin asing, tidak biasa, tapi teruskan saja.


Jangan berpikir Ia hanya relevan untuk perkara gerejawi rohani saja.


Fil 4:6

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.


Segala hal, jangan batasi Tuhan.


Sama seperti orang pakai komputer, jika dia jarang pakai komputer pasti dia kikuk mengetik di keyboard; namun jika sudah biasa maka dia akan otomatis melakukannya dengan cepat.


Begitulah persekutuan dengan Tuhan jangan dibatasi pada hal-hal tertentu saja.
Bicara saja dengan Tuhan, interaksi saja, kemana kita pergi apapun yang kita lakukan bicaralah dengan Tuhan, sampaikan pemikiran dan isi hati kita, jangan beda-bedakan.

Ketika kita membuka diri berinteraksi dengan Tuhan pada keseharian kita, maka lambat-laun kita semakin peka pada Tuhan, semakin peka mengenal kehadiranNya dan semakin banyak mendapat inspirasi dari Dia, 

Makin lama cara kerja dan hasil kerja kita akan makin excellent karena kita membuat yang original, bukan tiruan.



Kita tidak lagi pasrah pasif menunggu saja, kita langsung berinteraksi dengan Tuhan, menerima petunjuk dan bertindak.

Zaman dulu, Tuhan berinteraksi secara langsung terhadap perkara pekerjaan orang sehari-hari.
Ketika Yakub berternak, Tuhan beri tau harus bagaimana dengan ternak-ternaknya.

Apa kita pikir Tuhan bicara ke Yakub dari langit dengan suara audible?

Saya pikir ngga begitu.

Tuhan bicara ke pikiran Yakub seolah itu sebuah inspirasi, lalu Yakub meyakini itu dari Tuhan, mengerjakannya dan hasilnya luar biasa.

Tuhan itu kreatif.


Saya sama sekali tidak kreatif.
Hingga kini pun saya tidak menganggap diri saya kreatif.

Namun seiring berjalan bersama Tuhan, saya sering menerima inspirasi dari Dia untuk masalah sehari-hari, kemudian kawan-kawan saya sering datang kepada saya meminta advis solusi.

Tanpa saya sengaja, saya dianggap kreatif oleh teman-teman kerja saya, saya dianggap go-to-guy untuk pemecahan masalah.
Saya pribadi tau itu semua bukan saya, saya tidak kreatif. Itu semua inspirasi dari Tuhan.

Saya baru menyadari hal itu pada saat menyiapkan bahan ini.

Tuhan kita adalah Allah yang kreatif dan siapa yang berjalan bersama Dia akan menjadi kreatif.

Ketika Musa melempar tongkat untuk memaniskan air, Musa sedang kreatif dan itu ide dari Tuhan.
Ketika Elisa menabur garam untuk menahirkan air, ia sedang kreatif dan itu datang dari Tuhan,
Alkitab penuh dengan kisah kreativitas yang bermula dari perkataan Tuhan.

Kemanapun kita pergi, bersama Tuhan kita menjadi kreatif.
Orang melihat seolah kitalah yang kreatif padahal semua datang dari Tuhan.

Segala kreativitas itu akan terwujud pada kita jika kita merubah paradigma, mulai terbuka berbicara kepada Tuhan dan melibatkan Dia dalam segala keseharian kita.

Kalo kita berpikir Tuhan nggak bisa buat kita kreatif, berarti kita belum kenal Tuhan abad 21, kita masih mengacu pada Tuhan zaman batu.


********

Kita sekarang berada dalam Tahun Mujizat Penuaian.

Kita bisa saja masuk ke visi ini dengan paradigma lama.

Paradigma lama itu kita minta berkat Tuhan lalu kita tinggalkan Tuhan di rumah dan kita berangkat kerja dengan akal budi kita, ketika kena masalah berat barulah kita doa memohon Tuhan ke kantor kita untuk melembutkan hati orang, sesudah itu kita pasrah menunggu.


Atau kita pakai paradigma baru,

Kita interaksi dengan Tuhan kemanapun kita pergi pada apapun yg kita kerjakan. 
Di sini kita akan jadi kreatif.

Kita mencipta, kita membuat, mengubah atmosfer, memperkatakan berkat, menerapkan pengurapan dominasi, menjadikan yang baru.

Kita create.
Tuhan itu pencipta dan umatNya didesain untuk menjadi co-creator. 


Saya yakin Tahun Mujizat Penuaian akan terwujud dalam hidup kita karena Tuhan buat kita kreatif. Kita mencipta, kita memanggil mujizat kreatif itu datang, kita jadi saluran aktif untuk mewujudkannya.


Mzm 46:10

Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"


Tuhan Yesus memberkati.




 




Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...