Rabu, 10 Juli 2019

The LOGOS


The LOGOS

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
(Rm 12:2) 

Para kawan, saya sering mendengar di lingkungan gereja, khususnya karismatik istilah: 

'Jangan cuma Logos, harus jadi Rhema,' 
'Harus terima Rhema, jangan hanya membaca Logos,' 
'Rhema lebih penting dari Logos,' 
dan lain sejenisnya.

Saya juga pernah membaca artikel dari Bro BP (SarapanPagi.org) bahwa terminologi Logos dan Rhema itu sama maknanya, yaitu ucapan/perkataan. Jadi pembedaan istilah Logos dan Rhema itu hanya praktek ekstrim dari denominasi karismatik.

Namun yg memancing rasa penasaran saya, bukankah Yesus Kristus adalah Sang Firman Allah yang (dalam bahasa Yunaninya) disebut LOGOS?

Kl Tuhan Yesus adalah LOGOS, bukankah itu menjadikan LOGOS segala-galanya dan terutama?

Mengapa Logos kok terkesan kurang utama?
Saya jadi tertarik menyelidiki tentang Logos.

-----

Pada mulanya adalah Firman,
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah.
(Yoh 1:1) 

Terjemahan:

Pada ARCHE adalah LOGOS,
LOGOS itu bersama-sama dengan THEOS dan
LOGOS itu adalah THEOS.
(Yoh 1:1) 

Arche dalam nas tersebut tidak terbatas pada 'mula waktu' atau hanya keterangan yang menunjuk waktu. Bahasa Indonesia memang dapat mengesankan demikian walau makna arche lebih dalam dari itu. 

https://en.wikipedia.org/wiki/Arche  

Arche (/ˈɑːrki/; Ancient Greek: ρχή) is a Greek word with primary senses "beginning", "origin" or "source of action" (εξ’
ρχής: from the beginning, οr εξ’ ρχής λόγος: the original argument), and later "first principle" or "element", first so used by Anaximander (Simplicius in Ph. 150.23). By extension, it may mean "first place, power", "method of government", "empire, realm", "authorities" (in plural: ρχαί), "command". The first principle or element corresponds to the "ultimate underlying substance" and "ultimate undemonstrable principle". In the philosophical language of the archaic period (8th to 6th century BC), arche (or archai) designates the source, origin or root of things that exist. In ancient Greek philosophy, Aristotle foregrounded the meaning of arche as the element or principle of a thing, which although undemonstrable and intangible in itself, provides the conditions of the possibility of that thing.  

Rasul Yohanes menggunakan bahasa filosofis Yunani. Arche diartikan 'sumber' atau 'prinsip utama yang mengatur segala sesuatu'.

Sumber dan prinsip yang mengatur segala sesuatu adalah LOGOS. Segala yang ada di dalam alam semesta yang terlihat maupun tidak terlihat bersumber dari LOGOS dan diatur prinsipnya oleh LOGOS. 

Apa itu LOGOS? 

Logos (UK: /ˈloʊɡɒs, ˈlɒɡɒs/, US: /ˈloʊɡoʊs/; Ancient Greek: λόγος, romanizedlógos; from λέγω, légō, lit.
'I say') is a term in Western philosophy, psychology, rhetoric, and religion derived from a Greek word variously meaning "ground", "plea", "opinion", "expectation", "word", "speech", "account", "reason", "proportion", and "discourse". It became a technical term in Western philosophy beginning with Heraclitus (c. 535 – c. 475 BC), who used the term for a principle of order and knowledge

Kata 'Logos' secara harafiah berarti 'perkataan' namun dalam konteks nas tersebut, LOGOS lebih tepat disebut Logika atau Pikiran. Perkataan adalah buah dari logika dan pikiran pengucapnya.

Jadi nas tersebut bermakna: 

Prinsip utama yang mengatur segala sesuatu adalah Logika atau Pikiran Allah. 

Jika dibalik maka menjadi:
Logika/Pikiran Allah merupakan prinsip utama yang mengatur segala sesuatu.

-----

Beberapa orang menyamakan logos dengan 'tulisan firman Tuhan', maka itu muncul istilah 'bacalah logos namun dapatkanlah rhema'. Jika dipadankan dengan makna logos di atas maka istilah ini jadi salah kaprah. 
Logos itu bukan dibaca, Logos itu dipahami dan diselami.

Perjuangan manusia di muka bumi ini adalah memahami pikiran Allah sejauh yang Allah tunjukkan kepada dia. Bukankah kita berdoa, 'Tunjukkanlah rencanaMu?' 
Rencana dan rancangan Allah, itulah Logos: Isi pikiran Allah.

Dengan memahami pikiran/logika Allah untuk sesuatu hal/situasi, maka manusia memperoleh hikmat dan pengertian untuk bertindak di dalam jalan dan rencanaNya.

Lalu tulisan firman Allah itu apa? Istilah yang tepat adalah 'graphe'. Alkitab berisi graphe (tulisan) yang diinspirasikan Roh Kudus. Dari kumpulan graphe tersebut, kita berusaha memahami LOGOS.

Ketika kita mendapatkan pemahaman tentang logos Allah, maka kita mengerti pikiran Allah / logika Allah di balik sesuatu hal. Inilah yang disebut hikmat, beberapa menyebutnya pewahyuan.

Ini bukan 'rhema' lho.

Mendapat 'logos' berarti memperoleh pengertian akan sekelumit pikiran Allah yang tiba-tiba memenuhi pikiran, hati dan benak kita. Seketika kita memahami mengapa begini, mengapa begitu, apa alasannya, apa rencana Tuhan, apa tujuan Tuhan dan sebagainya. Dari situ kita paham posisi kita dan apa yang kita perlu lakukan.

Kita membaca Alkitab (graphe) untuk mendapatkan logika Allah (logos). Sekali logika Allah kita dapatkan, hikmat tersebut akan terus melekat pada kita. Itulah logos menjadi daging, (sekelumit) pikiran Allah menjadi bagian dari hidup kita. 

Rhema itu apakah? 

Rhema dalam konteks ini dimaknakan 'perkataan yang dinamis'. 

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan RHEMA Kristus
(Rm 10:17) 

Secara dinamis, Tuhan akan berbicara kepada manusia. Perkataan yang Ia sampaikan pada suatu kesempatan khusus adalah rhema. Rhema dari Tuhan tidak pernah sia-sia, Rhema pasti membangkitkan iman.

Mendapatkan rhema berarti mendengarkan.

Jadi Graphe kita baca, 
Rhema kita dengar, 
Logos kita pahami.

Pertanyaan berikutnya, mana lebih esensi, mana lebih utama?
Selama ini orang mengira Rhema lebih utama. 
Tidak, Logoslah yang terutama. 

Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu, segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku
(Yoh 15:15) 

Mungkinkah seorang hamba Tuhan diberi perintah oleh Tuhan: 'Lakukan ini!' tapi hamba Tuhan itu tidak mengerti untuk apa perintah tersebut, apa tujuannya dan apa rencana Tuhan?

Sangat mungkin.

Itulah rhema tanpa logos.

Rhema tanpa logos masih ada gunanya, yaitu menunjukkan ketaatan; namun apa yang jadi pikiran dan isi hati Tuan tidaklah dipahaminya.
Hamba itu akan jadi sangat tergantung pada rhema.

Saya pernah bertemu dan mengalami sendiri ketergantungan pada rhema.
Orang yang harus mendapat perkataan dari Tuhan sebelum melakukan apapun. Tanpa perkataan Tuhan, ia tidak percaya diri dan takut melangkah.

Di sisi lain, orang yang memahami logos dapat melangkah tanpa butuh rhema. Ia sudah diberi pemahaman mengenai prinsipnya. Sekali Anda paham gravitasi (sebuah prinsip), Anda akan tau kapan melompat, kapan lari, kapan diam, kapan berhenti tanpa membahayakan nyawa. Anda tidak perlu menunggu perintah.

Graphe adalah modal kita untuk memahami Logos, Rhema adalah pelengkapnya.
Memahami logos (logika) Allah adalah pencarian hidup kita.

Segala yang kita alami, yang kita pelajari dan lakukan seharusnya membawa kita makin memahami LOGOS.

Semakin kita paham LOGOS, semakin kita memiliki pikiran Kristus karena Kristus adalah LOGOS Allah dalam hidup kita.

Dari situ kita kembali pada ayat di awal tulisan ini: 

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik (GRAPHE),
yang berkenan kepada Allah (RHEMA)
dan yang sempurna (LOGOS).
(Rm 12:2)

Semua tulisan firman Allah (graphe) pastilah baik.
Orang yang tidak percaya Yesus Kristus jika ia mengambil sepotong perkataan Kristus manapun juga dan mempraktekkannya dalam hidup, ia akan dikenal sebagai orang baik.

Ada lagi orang-orang yang mengejar ucapan Allah yang dinamis. Mereka mau Tuhan menunjukkan akan ke kiri atau kanan, akan ke depan atau belakang, akan bergerak atau diam, menikah dengan A atau B, itu semua berkenan kepada Allah, namun bila ia tidak tau alasan/logika Allah di baliknya, ia akan terus dependen, cenderung pasif, atau ia klaim sana klaim sini atas pikirannya sendiri.

Targetnya Allah adalah seseorang memahami Logika atau Pikiran Allah, di situ ia bisa menangkap sebagian dari kepribadian dan karakter Allah, ia akan semakin mengenal Allah, orang ini bebas merdeka bertindak atas dasar pengertian atas kehendak Allah.

Tuhan Yesus memberkati.




Tidak ada komentar:

Faith of God

Markus 11:22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah!   Konteks dari ayat ini adalah kisah pohon ara yang dikutuk...